Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ke Curug Omas Jalan Kaki, Pulangnya Naik Ojek

2 April 2020   04:10 Diperbarui: 2 April 2020   04:17 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Objek wisata Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda sangat terkenal di Bandung. Pada akhir pekan, wisatawan lokal banyak ke berkunjung ke sana. Mulai dari rombongan keluarga, hingga anggota sejumlah komunitas.

Sebagian besar pengunjung ke Tahura, ingin menikmati kesejukan suasana hutan di sana. Banyak pohon-pohon besar menjulang tinggi dan sudah berusia tua. Pengunjung bisa melakukan tracking, dan jalurnya cukup aman untuk jalan kaki.

Pengunjung bisa bisa beristirahat dengan nikmat di beberapat titik yang sudah disediakan pengelola. Ada tempat duduk yang terbuat dari batu semen. Atau ada yang senang menggelar tikar, dan biasanya melakukan makan bersama (botram).

Biasanya, kalau ada pengunjung yang penasaran, bisa lanjut perjalanan ke arah bawah. Tujuannya untuk mengetahui keberadaan Gua Jepang dan Gua Belanda. Lokasi Gua Jepang lebih dulu dicapai. Cuma sedikit saja orang yang mencoba ke sana.

Pengunjung lebih tertarik untuk masuk ke Gua Belanda. Gua Belanda dianggap lebih besar. Jadi kalau mau menelusuri gua tersebut tidak terasa pengap. Akan lebih baik, masuk ke Gua Belanda menggunakan jasa pemandu. Di pintu masuk gua tersebut, sudah banyak pemandu yang berdiri menanti kedatangan pengunjung.

Pintu masuk Gua Belanda.
Pintu masuk Gua Belanda.


Para pemandu biasanya tidak menerapkan tarif jasa mengantar ke dalam Gua Belanda. Mereka minta seikhlasnya. Tapi kalau diberi Rp 50.000,00 mereka juga mau menerima. Selain mengantar pengunjung, pemandu juga biasanya menawarkan jasa penyewaan senter sebagai alat bantu penerangan.

Satu senter disewakan dengan harga Rp 5.000,00. Untuk menghemat biaya sewa senter, ada baiknya masuk ke Gua Belanda secara rombongan. Jika jumlah rombongan ada sepuluh orang, cukup menyewa 5 senter saja.

Ada beberapa bagian Gua Belanda yang dilewati pengunjung. Pemandu lantas menjelaskan beberapa lokasi dan fungsingya. Ada bagian yang disebut sebagai tempat penyimpanan senjata. Bagian lain dijelaskan berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan. Ada juga ruangan yang dulunya dipergunakan untuk tahanan.

Tidak terlalu lama menelusuri Gua Belanda. Tidak lebih 15 menit, rombongan sudah diantar ke pintu keluar. Saat keluarga kami sampai di pintu keluar Gua Belanda, pemandu sempat memberi tahu, ada objek wisata yang lebih menarik lagi tidak jauh dari situ, namanya Curug Omas. Kami penasaran dan bertanya, berapa jauh. Pemandu bilang tidak jauh paling 2km, jalan kaki juga cepat sampai.

Dalam perjalanan, ada pohon tumbang yang menghalangi jalan.
Dalam perjalanan, ada pohon tumbang yang menghalangi jalan.

Anak-anak setuju perjalanan dilanjutkan ke lokasi Curug Omas. Jalan kaki saja biar sehat. Apalagi tadi dapat gambaran jarak tempuhnya cuma 2 km.

Memang sepanjang jalan menuju Curug Omas sangat menyenangkan. Suasana alamnya sangat asri. Di samping kiri jalan kadang bisa melihat aliran sungai. Di kejauhan terlihat hutan dengan pohon tinggi-tinggi kadang diselimuti kabut. Anak-anak terus bercanda. Apalagi saat melintasi bata pohon yang tumbang dan menghalangi jalan, mereka gembira sekali.

Namun, kira-kira dalam setengah perjalanan, si bungsu yang masih empat tahun mulai rewel. Dia tampaknya mulai kelelahan berjalan kaki. Sempat istirahat beberapa kali. Ada saung-saung sederhana dan tak terpelihara, tapi kami manfaatkan untuk duduk-duduk.

Waktu meneruskan perjalanan, si bungsu kembali rewel dan sulit untuk dibujuk. Kami pun mulai merasa aneh, kenapa lokasi Curug Omas belum terlihat juga. Mau balik lagi ke Gua Belanda, terasa tanggung sudah berjalan jauh. Akhirnya si bungsu terpaksa digendong.

Setelah melewati perjalanan satu jam lebih, akhirnya kami dapat mendengar gemericik air. Hati terasa lega, akhirnya Curug Omas yang kami cari-cari ketemu juga. Benar-benar perjalanan yang melelahkan. Di sana, langsung saja ambil istirahat dudu-duduk dengan menyewa tikar.

Ada tempat istirahat dengan latar belakang hutan yang menghijau.
Ada tempat istirahat dengan latar belakang hutan yang menghijau.

Ada beberapa pedagang makanan dan minuman. Harga jualnya masih normal. Setelah menikmati makanan dan minuman dan cukup beristirahat, kami coba keliling beberapa lokasi yang dianggap bagus untuk spot foto.

Oh ya, selama tadi perjalanan menuju Curug Omas, kami sempat bertemu dengan pengendara motor. Ternyata mereka merupakan tukang ojek yang bisa dimanfaatkan mengantar dari Gua Belanda ke Curug Omas. Tahu ada tukang ojek, perjalanan pulang kembali ke Gua Belanda, kami putuskan tidak berjalan kaki.

Untuk perjalanan pulang kami sewa dua motor tukang ojek. Sambl iseng saya bercerita tadi perjalanan ke Curug Omas jalan kaki dan melelahkan sekali. Padahal cuma 2 km, tapi sampai memakan waktu satu setengah jam.

Tukang ojek terkekeh. "Ah bapak, daripada capek-capek jalan, lebih baik naik motor. Lagi pula, jaraknya cukup jauh, bukan 2 km tapi lebih dari 5 km. Kasihan anak-anak, Pak," kata tukang ojek bernama Usin.

Hemmm...ini bisa jadi patokan bagi wisatawan yang mau berkunjung ke Curug Omas. Terutama yang bawa anak kecil, pastikan saja naik motor ojek.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun