Rutinitas kantor kadang suka membosankan. Para karyawan pun ingin suasana yang beda. Kalau sudah begitu, biasanya diagendakan kegiatan outbond.
Cuma belakangan kegiatan outbond jadi monoton. Main kekompakan di lapangan, melintasi tali di atas pohon dan bonusnya bermain flyng fox. Bagaimana dengan kegiatan di luar kantor, yang bisa membuat suasana lebih fresh dan sedikit menguji nyali?
Bermain rafting atau arung jeram bisa jadi pilihan. Ada beberapa pilihan lokasi arung di Jawa Barat yang cukup terkenal. Bisa berangkat ke Sukabumi, di sana ada Sungai Citarik. Kalau masih di sekitaran Bandung, pilihannya ada di Pangalengan. Tapi, aliran Sungai Cimanuk di Bayongbong Kabupaten Garut, juga tidak kalah menarik.
Sebagai pengalaman pertama, ada rasa khawatir juga bermain arung jeram di Sungai Cimanuk. Lihat lebar Sungai Cimanuk yang luas saja, sudah berdebar. Ditambah lagi aliran airnya yang cukup deras.
Maka baru sampai di Kampung Padarek, sebagai titik kumpul perasaan waswas semakin menjadi-jadi. Beberapa teman malah bercerita, pernah ada kejadian kegiatan arung jeram meminta korban jiwa. Satu teman ini, bukannya membesarkan hati, malah membuat cerita yang menakutkan.
Beruntung para pemandu/instruktur arung jeram bisa meyakinkan, kegiatan yang akan dijalani mengutamakan keselamatan. Jadi selama kegiatan berlangsung semua peserta bakal save.Â
Instruktur pun kemudian memberikan perbekalan trk-trik yang harus digunakan peserta arung jeram. Selain itu, dalam perjalanan nanti dalam satu perahu karet ada satu instruktur yang memandu di belakang, dan aba-aba (perintahnya) harus ditaati.
Di antara yang harus diingat peserta arung jeram yakni, perintah mengayuh cepat, kayuhan lambat, haluan kiri, dan haluan kanan. Diingatkan juga kalau terjadi sesuatu, misal perahu karet membentur batu, atau terjun ke jeram, semua peserta yang ada di perahu karet jangan panik. Instruktur yang mengambil posisi di belakang bakalan mampu mengatasinya.
Ada yang lebih penting lagi, ketika ada peserta dalam perahu karet terpental jatuh ke sungai, usahakan jangan mengambil posisi telengkup. Posisi yang terbaik yakni telentang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penyelamatan.
Setelah melakukan pemanasan, semua peserta menempati posisi masing-masing di perahu karet. Semua peserta wajib mengenakan pelampung dan helm. Satu perahu karet diisi enam peserta dan satu instruktur.Â
Dalam grup saya ada Ibnu Sofwan dan Karya Gunawan di posisi depan. Posisi tengah diisi Ella Yunia Perdani dan Erna Siti Nurbaya. Saya sendiri mengambil posisi belakang bersama Dendi Sundayana.
Menurut instruktur, arung jeram akan dilaksanakan dengan rute pendek, sekitar 7 km. Diperkirakan waktu tempuh dari tempat start di Kampung Padarek hingga finis di Kampung Jange, kalau lancar mencapai 2 jam. Di awal awal perjalanan, rute yang dilalui tidak begitu menegangkan.
Petualangan menegangkan baru dimulai setelah lewat 30 perjalanan. Banyak jeram yang dilalui. Beberapa kali perahu membentur batu. Namun, lama kelamaan semua peserta sudah mampu beradaptasi dengan suasana. Yang semula tegang, malah penuh canda riang sambil berteriak-teriak.
Pun ketika salah satu peserta di perahu kami, Ibnu Sofwan terjatuh ke dalam sungai, semua tidak panik. Instruktur pun dengan cekatan menarik pelampung yang dikenakan ibnu. Kami juga membantu menaikkan Ibnu kembali ke atas perahu. Yes, angota kami kembali lengkap.
Pengamanan terhadap peserta arun jeram, sebenarnya tidak hanya dilakukan instruktur yang berada menyatu dalam perahu karet. Di sepanjang rute yang dilalui, sebenarnya ada tim yang mengawasi kegiatan dan menjaga dari sisi sungai.Â
Bahkan, di titik-titik yang dianggap bahaya, ada tali yang dibentangkan dari kedua sisi sungai. Itu berfungsi, jika ada peserta arung jeram terjatuh dari perahu dan terseret arus, maka tali itu bisa jadi penolong untuk berpegangan sementara, sebelum tim penyapu datang.
Setelah satu jam perjalanan, semua perahu peserta arung jeram menepi. Instrutuk memberi isyarat semua peserta istirahat dulu. Di lokasi istirahat ini, pemandu arung jeram menyediakan kuliner tradisional. Ada singkong rebus, ubi jalar rebus, dan kacang tanah rebus. Minumannya disediakan jenis bandrek dan bajigur.
Setelah perut kenyang dan stamina pulih kembali, perjalanan dilanjutkan ke etape kedua. Dalam perjalanan menuju finis, semua peserta sudah mampu menghilangkan ketegangan. Suasananya fun semua.
Namun saat peserta menikmati perjalanan dengan riang gembira, kadang instruktur berbuat usil. Entah disengaja atau tidak, selalu saja ada peserta arung jeram yang jatuh ke sungai dan wajah instruktur terlihat tersenyum-senyum. Kami pun curiga, jangan-jangan ini ulah instruktur.
Posisi perahu karet pun kadang jadi berputar 180 derajat. Yang awalnya instruktur berada di belakang, tiba-tiba perahu berputar 180 derajat seolah-olah berjalan mundur dan posisi instruktus jadi di depan. Walau begitu kami menikmatinya, sebagai pengalaman yang luar biasa.
Puncak keisengan instruktur terjadi di akhir perjalanan. Pada titik finis di Kampung Jange, perahu karet yang kami tumpangi betul-betul dijungkirbalikan. Keruan saja semua peserta tercebur ke sungai. Namun yang membuat kami lega, di lokasi kami tercebur ternyata sungainya sangat dangkal dan alirannya sangat tenang. Wuih...akhirnya basah semua.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H