Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tahu Gejrot Bukan dari Sumedang tapi Diproduksi di Ciledug

30 Maret 2020   12:05 Diperbarui: 30 Maret 2020   12:07 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang tahu gejrot di Jalan Lemahwungkuk Kota Cirebon. | Dok. pribadi

Sementara pedagang tahu gejrot yang mencari usaha di luar Cirebon, tetap menunggu pasokan dari pabrik tahu yang ada di Ciledug. Biasanya dikirim satu minggu sekali. Tapi kalau penjualan lagi bagus, belum seminggu juga sudah dikirim lagi.

Seperti diakui Mang Jumadi yang berkeliling di Kelurahan Derwati Kota Bandung. Dia ngontrak di Kampung Rancacili, seminggu sekali dapat kiriman tahu dari Ciledug. Kalau sudah habis, dia tinggal mengontak lagi untuk minta kiriman baru.

"Ini tahunya khas dari Cirebon. Daerah lain tidak bisa membuat tahu semacam ini. Kalaupun ada yang mencoba, pasti rasanya beda," ungkap Mang Jumadi.

Tahu gejrot Cirebon juga kualitasnya tahan lama. Bisa tahan tiga hari. Kalau dimasukan kulkas bisa tahan dua minggu. Tidak heran jika banyak wisatawan dari luar Cirebon, sering menjadikan tahu gejrot sebagai oleh-oleh.

Seperti yang dilakukan dua pedagang tahu gejrot di dekat Pasar Kanoman. Mereka sudah paham, banyak wisatawan yang suka memesan tahu gejrot untuk oleh-oleh. Maka mereka sudah menyiapkan kuliner tahu gejrot dalam kemasan.

Baik tahu, bumbu cairan, cabai rawit, dan bawang sudah menjadi paket dalam plastik. Dulu satu paket dijual Rp 25.000,00, kemudian naik menjadi Rp 30.000,00. Walau ada kenaikan, tetap saja banyak wisatawan yang memesan paket tahu gejrot dalam jumlah banyak.

Kalau wisatawan makan di tempat, bisa dilihat cara meracik penjual tahu gejrot. Biasanya penjual menanyakan selera pedas pembeli. Setelah mendapat jawaban dari pembeli, penjual tahu gejrot akan mengambil cabai rawit, bawang merah dan sedikit gula jawa plus garam. Bahan itu diuleg di atas mangkok gerabah. Setelah ulegannya merata, pedagang menuangkan cairan dengan cara digejrot. Untuk tahunya dipotong-potong dan disimpan di mangkok gerabah lainnya, baru dicampur dengan racikan bumbu tadi. Kalau sudah begitu tinggal dihidangkan ke pembeli.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun