Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Barang Lawas di Tangan Dicky Jadi Berharga

27 Maret 2020   09:02 Diperbarui: 27 Maret 2020   09:19 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin tik dan telefon. (foto: Ginanjar Arif)

Sedikit saja orang yang menyukai benda-benda lawas. Bahkan bagi sebagian orang, benda lawas dianggap sebagai rongsokan. Dibuang begitu saja, seolah tidak memiliki harga.

Berbeda dengan Dicky Harisman (52). Dia justru punya hobi mengumpulkan benda-benda lawas. Tidak hanya milik pribadi atau keluarganya yang disimpan secara puluhan tahun, tapi dia juga suka berburu benda-benda antik sampai keluar kota.

Awalnya Dicky tertarik dengan peninggalan ayahnya, berupa sempoa dan dua buah kursi kafe yang sangat jadul. Dua benda lawas itu dipasang di rumahnya dan Dicky merasa ada pemandangan yang indah. Kesannya unik dan tidak membosankan.

Dari situlah minat Dicky terhadap benda-benda lawas mulai mencul. Dia jadi senang berbelanja pernak-pernik hiasan dinding, yang diproduksi tahun 1960-70-an. Di saat yang bersamaan, dia melirik benda peninggalann lainnya yang masih tersimpan di rumah orangtua.

Hasil dari merayu orangtuanya, Dicky akhirnya menambah koleksi benda jadul berupa nampan enamel besar dan mesin jahit engkol. Sedangkan koleksi berupa setrikaan terbuat dari kuningan dan pigura lawas, didapatnya dari, Pak Hilman seniornya di kantor.

Deretan rantang dan termos jadul. (foto: Ginanjar Arif)
Deretan rantang dan termos jadul. (foto: Ginanjar Arif)

"Waktu itu saya diajak ke rumah Pak Hilman. Ternyata beliau penyuka barang-barang lawas juga. Koleksinya lebih banyak dari saya. Dari situlah saya juga mulai belajar bagaimana menata dan merawat benda-benda antik," tutur Dicky.

Silaturahmi Dicky dan Pak Hilman berlanjut. Dicky sangat antusias ketika Pak Hilman mengajak main ke rumahnya. Rupanya Pak Hilman pun membaca minat Dicky terhadap benda-benda antik. Saat itu dengan suka rela, Pak Hilman menghadiahkan Dicky berupa kapstok produksi tahun 1960-an.

Sebelum serius mengoleksi benda-benda jadul, sebenarnya Dicky sudah rajin mengumpulkan kaset dan CD Audio. Ini berkait erat dengan hobi Dicky yang senang bernyanyi. Tak heran jika dia hafal lagu-lagu baik dari penyanyi luar negeri maupun dalam negeri.

Sejak tahun 1990-an hingga 2006, itu merupakan masa Dicky rajin-rajin berburu benda antik ke sejumlah kota. Untuk wilayah Bandung, Dicky sering  menjelajahi kawasan pedagang loak (besi dan barang elektronik) di daerah Astana Anyar. Di tempat itu, kalau lagi beruntung bisa ditemui radio transistor, jam beker, gilingan kopi, TV lawas hingga piringan hitam dan barang bekas lainnya. Mereka pedagang loak yang mangkal di sana, buka sejak pagi sekira jam 06.00.

Biar berusia tua, radio ini masih bisa dihidupkan. (foto: Ginanjar Arif)
Biar berusia tua, radio ini masih bisa dihidupkan. (foto: Ginanjar Arif)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun