Dari sekian banyak objek wisata yang pernah dikunjungi, Kawah Putih Gunung Patuha Ciwidey Kabupaten Bandung, Â merupakan salah satu yang tidak bisa dilupakan. Bagaimana tidak, di tempat itu, saya dan istri serta anak bungsu nyaris mengalami kecelakaan.
Ini juga jadi pengalaman berharga dan bisa jadi panduan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Kawah Putih, khususnya lagi yang menggunakan motor. Sebenarnya, di lokasi tempat saya nyaris mengalami kecelakaan sudah ada rambu peringatan.
Pengelola objek wisata Kawah Putih memasang peringatan bahwa setiap kendaraan yang melintas, menjelang tanjakan akhir ke puncak Kawah Putih, diupayakan menggunakan gigi terkecil.
Entah karena teledor atau tidak mengetahui medan, serta tidak melihat rambu peringatan, saya yang menggunakan motor telat memindahkan ke gigi kecil. Akhirnya motor yang mengangkut tiga penumpang ini tidak kuat menanjak.
Hati saya sudah degdegan, mengingat membawa istri dan si bungsu yang baru berusia empat tahun. Bayangan saya, motor tidak akan menanjak dan bakalan merosot tajam tak terkendali turun ke bawah.
Mereka langsung memarkirkan motor ke pinggir dan turun mendekati motor saya yang hendak jatuh ke bawah. Mereka berhasil menahan laju mundur motor saya. Alhamdulillah. Hati saya benar-benar plong. Saya sudah bekeringat. Istri saya pucat pasi. Ternyata ada dua anak muda yang menyelamatkan kami dari kecelakaan.
Peristiwa itu benar-benar tak terlupakan. Kami juga tak akan melupakan pertolongan kedua anak muda itu, yang begitu sigap. Mereka bilang, memang di lokasi itu sering terjadi kecelakaan. Banyak wisatawan tidak hapal medan jalan yang menanjak curam.
Saya sebenarnya tidak sendiri menggunakan motor, melainkan ikut rombongan komunitas motor, yang saat itu berjumlah 15 motor. Namun rekan-rekan berhasil memacu kecepatan tinggi, sementara saya tertinggal di belakang. Dan di lokasi saya nyaris celaka, saya menghabiskan waktu sekitar 15 menit.
Teman-teman yang sudah sudah sampai duluan di puncak Kawah Putih merasa curiga saya tidak muncul-muncul. Beberapa di antara mereka akhirnya menyusul ke bawah untuk mengecek kondisi saya. Setelah bertemu, saya ceritakan kejadian yang hampir membuat, saya, istri dan anak nyaris celaka.
Enak juga menikmati jagung bakar, dalam cuaca yang sangat dingin di kawawan Kawah Putih. Kebetulan perut juga terasa lapar, hingga tidak terasa saya menghabiskan dua jagung bakar.
Suasana Kawah Putih saat itu penuh dengan wisatawan. Maklum bertepatan dengan musim liburan. Sehingga pengunjung bukan hanya dari sekitar Bandung, tapi juga banyak dari luar kota. Kawah Putih menjadi objek wisata favorit di kawasan Bandung Selatan. Banyak wisatawan yang penasaran bisa berdekatan langsung dengan sebuah kawah yang menyerupai danau.
Walau wisatawan bisa berdekatan langsung dengan kubangan besar, namun tetap harus hati-hati. Usahakan tubuh tidak bersentuhan dengan cairan di sana. Bagi wisatawan yang alergi bau belerang juga ada baiknya menggunakan masker saat berada di sana.
Sebagai gambaran, setelah menyimpan kendaraan di parkir atas, wisatawan akan berjalan kaki dan melintasi tangga menanjak. Wisatawan juga bisa berkeliling kawah tapi tetap harus melihat rambu-rambu peringatan. Termasuk saat melintasi semacam lubang gua, disarankan tidak memaksa masuk ke sana. Ada peringatan agar wisatawan tidak berlama-lama di dekat lubang itu, karena bau belerangnya sangat menyengat.
Secara keseluruhan, banyak tempat yang menarik untuk dijadikan spot foto. Sejumlah muda-mudi yang sedang memadu kasih juga, banyak melakukan selfie di sana. Beberapa batang pohon yang terendam di air kawah, asyik juga dijadikan properti foto.
Menjelang sore rombongan kami pulang. Tidak lupa membeli buah stroberi yang banyak dijual di sana untuk oleh-oleh.
Saya cuma mengingatkan kembali kepada wisatawan yang akan berkunjung ke sana dan baru pertama kali, alangkah lebih baik memarkirkan kendaraan, setelah pintu masuk.Â
Perjalanan ke puncak Kawah Putih bisa menggunakan odong-odong yang disediakan pengelola, dengan tarif terjangkau. Daripada menghadapi risiko tidak kuat nanjak, lebih baik naik odong-odong yang sopirnya sudah tahu medan jalan. Yang jelas tarif naik odong-odong lebih murah dari biaya membawa kendaraan sendiri ke atas.(Anwar Effendi)***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI