Mang Enceng memutuskan untuk tetap berjualan. Walau ada imbauan untuk tinggal di rumah, Mang Enceng meyakinkan apa yang dilakukannya tidak akan memperparah penyebaran virus corona.
Ya, Mang Enceng sudah 15 tahun menggeluti usaha kupat tahu. Yang membedakan kupat tahu Mang Enceng dengan pedagang lainnya, yakni ada campuran petis.
Rata-rata pedagang kupat tahu di Bandung tidak menggunakan petis untuk adonan bumbunya. Sementara adonan yang diracik Mang Enceng, terdiri atas kacang kedelai yang sudah digoreng, bawang puting, gula merah, garam, dan kecap plus penambahan petis. Sementara penggunaan cabai untuk sambal tergantung permintaan pelanggan.
Bahan-bahan yang sudah terkumpul tadi lantas ditumbuk. Dicampurkan juga air secukupnya, jangan sampai terlalu encer atau masih kental. Sembari menumbuk, biasanya Mang Enceng menggoreng tahu.
Disiapkan pula kupat untuk dipotong-potong. Ketika tahu dianggap sudah matang dan kupat sudah dipotong, Mang Enceng mencampurkan tauge dan irisan ketimun. Pada proses akhir, adonan bumbu yang sudah lembut ditaburkan di atas potongan kupat, tahu, tauge dan ketimun.
Keberadaan kupat tahu petis Mang Enceng sudah dikenal warga di empat kelurahan Kota Bandung, yakni Gedebage, Cisaranteun Kidul, Cipamokolan, dan Derwati. Dari awal dia jualan membandrol harga Rp 2.500,00 per porsi hingga kini sudah berubah menjadi Rp 9.000,00 per porsi.
Kenapa kupat tahu petis Mang Enceng jadi pilihan warga? "Pelanggan bilang suka kupat tahu saya enak karena ada rasa petisnya. Memang jarang pedagang kupat tahu menggunakan petis. Kalau saya dari dulu, sejak tinggal di Ciamis sudah terbiasa menggunakan campuran petis," tutur Mang Enceng.
Selama jualan kupat tahu petis, Mang Enceng sudah beberapa kali pindah tempat mangkal. Itu dilakukan karena dia memang tidak punya lahan sendiri. Dulu, dia sempat mangkal dan memiliki meja serta kursi untuk pelanggan yang ingin makan di tempat.
Sekarang dia cuma mangkal bersama gerobaknya. Kalaupun ada kursi hanya untuk pembeli yang menunggu giliran dilayani. Sementara meja untuk tempat makan terpaksa tidak dibawanya, karena lokasinya tidak memungkinkan. Lokasi sekarang yang dijadikan tempat mangkal Mang Enceng berada di Jalan Raya Saluyu dekat terminal angkutan kota (angkot) Riung Bandung.
Walau beberapa pedagang memilih tidak berjualan, Mang Enceng terpaksa melanjutkan usahanya karena dia butuh uang untuk kehidupan sehari-harinya. Kalau tidak berjualan artinya tidak dapat uang. Sedangkan kebutuhannya harus terpenuhi.
"Saya tidak punya usaha lain. Kebisaan saya juga cuma jualan kupat tahu petis. Saya memang tahu, sekarang lagi musim virus corona. Tapi saya jamin dagangan saya ini bersih. Saya juga selalu berusaha steril, seperti menggunakan sarung tangan plastik," ucap Mang Enceng.
Usaha Mang Enceng untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dengan memaksa berjualan, ternyata jauh dari harapan. Waktu kondisi normal Mang Enceng bisa melayani sampai 100 porsi. Sekarang sampai 50 porsi saja lumayan. Kadang-kadang di bawah 50 porsi.
Pembeli Mang Enceng makin sedikit, karena banyak warga yang tinggal di rumah. Sedikit saja yang datang. Padahal, sebelum ini pagi-pagi banyak yang mendatangi gerobak Mang Enceng untuk mencari sarapan.
"Saya juga agak malas sebenarnya. Waktu normal, saya sudah mangkal setelah melakukan shalat Shubuh. Sekarang saya baru mangkal setelah pukul 06.30. Sudah begitu banyak menunggu pembelinya. Pokoknya banyak diamnya," ungkap Mang Enceng.
Masalah Mang Enceng tidak berhenti di situ. Ada hal lain yang membuat Mang Enceng sedikit pusing. Saat belanja bahan baku kupat tahu petis, ada beberapa item yang harganya sekarang naik.
Mang Enceng menyebutkan, harga bawang putih mengalami kenaikan Rp 4.000,00/kg. Gula merah naik Rp 1.000,00. Kacang kedalai ikut melonjak Rp 2.000,00/kg.
"Yang tidak naik cuma garam. Soalnya tahu yang menjadi bahan baku utama makanan kupat tahu petis, ikut naik walau cuma Rp 100,00/biji. Sekarang barang-barang serba naik. Beruntung kalau barangnya ada, kadang harus rebutan. Untung saya punya langganan, jadi kalau tahu ada yang ngedrop," tambah Mang Enceng.
Mang Enceng berharap, kondisi terkait penyebaran virus corona segera teratasi. Kehidupan masyarakat normal kembali. Itu penting untuk kelangsungan hidup dirinya. Untuk makan sehari-hari saja susah, kini ditambah usaha terancam. Begitulah nasib masyarakat kecil.(Anwar Effendi)***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI