Owh iya, dia juga menawarkan jasa pemanduan snorkeling dan pemotretan di bawah laut. Tapi karena harga jasa yang ditawarkan kurang cocok, kami memutuskan bermain snorkeling sendiri dan berusaha memotret saling bergantian.
Seperti dituturkan Mang Dede saat sebelum mendarat, Pantai Pasir Putih airnya memang bening, sehingga semua pemandangan di bawah laut terlihat. Kami memulai dari tepi pantai kemudian berlanjut ke tengah. Banyak ikan-ikan yang terlihat, sebagian di antaranya kami foto.
Aktivitas snorkeling ternyata banyak dilakukan wisatawan di Pantai Pasir Putih. Saking banyaknya orang, aktivitas snorkeling di Pantai Pasir Putih seolah-olah seperti di kolam renang.
Saat turun ke air dan masih di bagian tepi, wisatawan harus hati-hati. Karena bagian bawah laut banyak batuan karang yang tajam. Kalau tidak waspada, telapak kaki kita bisa terluka.
Tak terasa sudah hampir satu jam lebih kami melakukan aktivitas snorkeling. Lumayan menguras tenaga. Kami memilih untuk beristirahat. Di sana ada penyewaan tikar dengan tarif Rp 5.000,00. Selesai mengeringkan diri dan mengisi perut kami pun ganti baju.
Tak lama kemudian, pemandu di Pantai Pasir Putih memberitahu kami, perahu yang menjemput sudah tiba. Kami akhirnya bergegas kembali perahu, meninggalkan Pantai Pasir Putih kembali ke penginapan. Pantai Pasir Putih tinggal dalam ingatan.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H