Indonesia memiliki aneka kuliner yang tersebar di berbagai daerah. Cita rasanya pun luar biasa. Dari yang dihidangkan secara biasa-biasa saja, kemudian dikemas secara menarik, hingga ada yang disajikan secara ekstrim.
Untuk menjajal kuliner yang ekstrim bisa dicoba dengan mengunjungi sejumlah wilayah timur Indonesia. Seperti yang biasa dilakukan warga Halmahera Barat, Maluku Utara, mereka begitu nikmatnya mengonsumsi ulat sagu.
Binatang yang terlihat menjijikan itu, bagi warga Halmahera Barat menjadi asupan yang luar biasa. Ulat sagu bukannya dibuang dan dimatikan, justru dikumpulkan dan dijadikan sebagai kuliner yang banyak mengandung protein.
Cara mengonsumsi ulat sagu pun tidak begitu ribet. Sebagian warga sudah terbiasa memakan ulat tersebut dalam keadaan hidup-hidup. Sebagian lainnya dengan cara digarang di atas arang.
Bagi warga luar Halmahera, termasuk warga yang datang dari Jawa tentu memandang hal itu agak aneh. Tapi kesan aneh dengan sendirinya hilang jika sudah mencobanya langsung. Bagi yang belum terbiasa, bisa dimulai dengan ulat sagu yang digarang.
"Ternyata enak. Yang terasa gurih saja. Awalnya sih ragu, rasanya bagaimana gitu makan ulat sagu. Sekarang jadi ingin coba lagi," kata Yanto wisatawan asal Jakarta yang mengaku saat mengunyah tidak perlu membayangkan bentuk ulatnya.
Saya juga jadi penasaran. Menunggu warga setempat yang sedang berburu ulat sagu di kebun, Setelah terkumpul banyak dan disimpan dalam baskom, sejumlah ulat tersebut ditusuk-tusuk, layaknya daging sate kambing/ayam.
Saya minta beberapa tusuk sate ulat digarang dulu. Setelah dianggap sudah layak konsumsi, saya langsung melahapnya. Habis juga. Betul rasa gurih sangat dominan. Pantas saja warga Halmahera Barat menyukai ulat sagu. Nikmatnya nendang.
Menurut warga setempat, sebenarnya tidak masalah ulat sagu ditelan langsung dalam keadaan hidup. Penduduk setempat sejak anak-anak sudah tidak asing dengan ulat sagu.
Bedanya ulat sagu yang masih hidup saat dimakan, ada rasa asam. Untuk menambah kenikmatan, biasanya warga setempat mengonsumsi ulat sagu dengan campuran sambal colo-colo. Sambal ini sangat familier di Indonesia timur.
Racikannya pun sangat sederhana. Bahan sambal colo-colo berisikan campuran bawang merah, bawang putih, tomat, cabe rawit, dan jeruk nipis. Bahan-bahan itu diiris tipis-tipis dan diaduk dengan kecap manis/asin secukupnya.
Ulat sagu yang sudah digarang langsung dicelupkan di sambal colo-colo dan dimakan. Cita rasanya luar biasa. Sambel colo-colo juga sering dimanfaatkan untuk teman kuliner lainnya.
Di Halmahera Barat terkenal juga pisang goreng. Tapi beda dengan pisang goreng kebanyakan yang diselimuti tepung. Pisang goreng di sana, tanpa campuran tepung. Jenisnya juga hanya ada di daerah setempat. Namanya pisang groho.
Pisang groho diambil sebelum matang benar. Pisang groho bisa dibelah tipis atau langsung satu biji digoreng. Setelah dientaskan, pisang tersebut siap dikonsumsi dengan kembali dicocolkan ke sambal colo-colo.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H