Hati-hati, penerangan jalan di sana kurang banyak. Ada beberapa titik jalan yang gelap. Bahayanya di tikungan, sering ada kendaraan yang tidak terduga. Biasanya kendaraan dari arah berlawanan merupakan mobil petani yang mengangkut hasil kebun yang akan dijual ke pasar pagi hari.
Kalau cuaca bagus, wisatawan bisa menikmati kerlap-kerlip bintang di awan selama perjalanan. Cuma perlu diketahui wisatawan, kawasan Cukul yang berada di Pangalengan bercuaca dingin. Pada musim kemarau saja sering turun kabut. Pastinya cuaca bakal makin tidak bersahabat jika turun hujan.
Ada baiknya wisatawan membawa perbekalan makanan dan minuman sendiri. Pada dini hari masih sulit untuk menjumpai pedagang sepanjang jalan. Sementara wisatawan yang "tidak tahan banting", siapkan obat pusing dan atau mual. Itu penting sebagai antisipasi perjalanan yang sering berkelak-kelok.
Sebagian pengunjung kawasan Cukul adalah anak muda. Terutama mereka yang sedang memadu kasih. Pasangan kekasih sering dijumpai di sana. Mereka tampaknya menginginkan suasana romantis di antara perkebunan teh.
Sejauh mata memandang, memang banyak menjumpai hijau rimbunnya pohon teh. Mata jadi segar disuguhkan hijaunya bukit dan lembah, tanpa polusi atau hiruk pikuk kota. Kawawan Cukul cocok untuk menenangkan diri dan menikmati keindahan alam.
Pemandangan lainnya yang menarik kawasan itu ada sebuah kolam dengan bangunan vila yang arsitekturnya cukup unik. Struktur vila itu, mengingatkan bangunan-bangunan di kawasan perkebunan Jerman. Tidak heran jika rumah tersebut dikenal denan nama Vila Jerman.
Cuma warga setempat ada juga yang menyebut bangunan itu sebagai Vila Merah, sekalipun tidak berwarna merah. Nama Vila Merah muncul dilatarbelakangi kejadi zaman dulu. Dimana saat itu sempat terjadi pembunuhan dan darah korbannya berceceran meninggalkan noda berwarna merah.
Konon arwah korban pembunhan itu suka gentayangan. Menurut cerita buruh pemetik teh setempat, kemunculan arwah sering ditandai dengan suara-suara aneh. Atau ada jeritan yang berasal dari rumah tersebut.
Jadi bagi wisatawan tidak perlu mengunjungi vila tersebut kalau cuma iseng. Lebih baik menunggu kemunculan sinar matahari dari balik bukit. Berdoa saja, saat berkunjung ke sana cuaca tidak turun hujan.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H