wisata pegunungan, kenapa tidak coba pergi ke pantai. Di wilayah Kabupaten Indramayu banyak pilihannya. Sebagai daerah yang berlokasi di pantai utara (pantura), Indramayu memiliki beragam pesona khas pesisir.
BosanDi antara yang sudah tidak asing lagi di telinga wisatawan, ada Pantai Tirtamaya dan Pantai Glayem. Destinasi ini mudah didatangi karena lokasinya tidak jauh dari jalan raya Indramayu-Cirebon.
Namun, objek wisata lainnya yang kini lagi banyak dikunjungi, yakni Hutan Mangrove Pantai Karangsong. Lokasinya lebih masuk ke wilayah perkotaan. Wisatawan bisa menyusuri jalan di sisi Sungai Cimanuk.
Sebelum sampai ke tujuan utama, kita bisa menikmati penataan Sungai Cimanuk. Di beberapa titik, pemerintah daerah setempat membangun beberapa taman. Sekarang, warga setempat bisa bersantai-santai di taman itu.
Di momen-momen tertentu, digelar pula Festival Cimanuk. Biasanya dipentaskan sejumlah kesenian tradisional. Tidak ketinggalan ditampilkan kuliner khas daerah setempat.
Mendekati lokasi Hutan Mangrove Karangsong, pemandangan kita lebih sering melihat kapal-kapal besar milik nelayan yang bersandar di Sungai Cimanuk. Jumlahnya sulit terhitung, yang jelas Sungai Cimanuk penuh dengan kapal nelayan.
Untuk mencapai pintu masuk objek wisata Hutan Mangrove, wisatawan bisa menggunakan kendaraaan roda dua (motor) dan kendaraan roda empat (mobil). Tempat parkir untuk kendaraan cukup luas dan tertata rapi. cuma, kalau di musim liburan, antrean kendaraan untuk masuk ke lokasi bisa panjang.
Tiket masuk di loket pertama terbilang masih murah. Setiap pengunjung dikenakan tarif Rp 5.000,00. Setelah memarkirkan kendaraan, kita akan melewati deretan warung. Ada yang menjajakan makanan/minuman, ada juga menawarkan perlengkapan bermain di pantai.
Bahkan, kalau wisatawan lupa membawa baju salin untuk bermain di pantai, di sana tersedia juga penyewaan. Biaya sewa yang dikenakan pun tidak terlalu mahal. Sudah siap dengan peralatan, pengunjung bisa langsung menuju pantai. Di sana juga tersedia kamar bilas.
Tapi kalau cuma bermain di pantai, itu kurang seru. Karena itu bukan tujuan utama. Lokasi yang kita tuju sebenarnya hutan mangrove. Nah, untuk menikmati suasana hutan mangrove kita harus menyewa perahu motor.
Perahu yang disewakan cukup banyak. Jadi pengunjung tidak perlu berebut. Setiap perahu sekali jalan bisa mengangkut 15 sampai 25 orang. Setiap penumpang dikenakan tarif Rp 15.000,00. Perahu akan mengitari hutan mangrove sebelum mengantarkan pengunjung ke titik pemberhentian.
Perlu diketahui, awalnya penanaman mangrove yang dilakukan sejak tahun 2008 di Pantai Karangsong itu dimaksudkan untuk menangkal abrasi. Namun setelah ditata dan menjadi lokasi yang menawan, tempat itu dijadikan destinasi wisata untuk umum sejak tahun 2015.
Walau berjalan di tengah hutan, wisatawan tidak perlu khawatir. Trek untuk pejalan kaki sangat nyaman. Selain berupa tanah yang sudah dikeraskan, juga terdapat trek jalan kaki berupa jembatan panjang dan melingkar. Fondasinya terbuat dari cor dan besi, sedangkan pijakannya dari bambu.
Berjalan di atas trek itu, punya sensasi tersendiri. Kita berada di atas rawa, sementara sekelilingnya penuh dengan rimbunan pohon mangrove. Sebenarnya tidak melulu pohon mangrove yang kita jumpai. Ada juga pohon lain yang biasa tumbuh di pantai, seperti cemara dan bidara.
Tumbuhnya hutan mangrove di Karangsong pun akhirnya menjadi habitat sejumlah binatang. Di rawa yang berair bisa ditemukan sejumlah jenis ikan mulai dari ikan gelodok hingga biawak. Kalau beruntung kita bisa melihat keberadaan biawak, namun binatang itu lebih senang bersembunyi.
Bukan cuma ikan yang terlihat di kawasan hutan mangrove, tapi kawanan burung hingga monyet bisa dengan mudah dijumpai. Yang sering terlihat adalah keberadaan burung blekok. Banyak juga burung kuntul. Terdapat puluhan spesies burung, di antaranya ada yang terancam punah.
Kenyang berkeliling hutan mangrove, pengunjung bisa kembali bermain di tepi pantai. Sayang pantai di sana kurang bersih, karena masih banyak ditemukan sampah yang berserakan.
Selain kesadaran wisatawan yang kurang, fasilitas tempat sampah juga kurang. Sementara fasilitas untuk istirahat cukup representatif. Demikian juga dengan tempat shalat dan buang air, cukup nyaman.
Wisatawan pun jangan terlena saat keliling hutan mangrove. Pengelola menetapkan jadwal pulang wisatawan maksimal pukul 17.000. Perahu motor yang menjemput wisatawan untuk kembali pulang, tidak akan beroperasi lagi setelah pukul 17.00.
Jadi jangan sampai tertinggal, perahu jemputan. Kalau bandel, risikonya akan bermalam dengan angin laut dan gelapnya hutan mangrove. Berani?(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H