Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rangginang Ibu Kokom, Cocok untuk Cemilan

19 Maret 2020   15:23 Diperbarui: 19 Maret 2020   15:27 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangginang dalam proses penjemuran | Dokumentasi pribadi

 Rangginang asal Kabupaten Subang, Jawa Barat memang cukup terkenal. Tidak heran jika seseorang yang habis berkunjung ke Subang, maka akan membawa rangginang sebagai oleh-olehnya.

Makanan yang terbuat dari beras ketan itu, cocok untuk cemilan. Sebagai teman makanan untuk ngopi atau minum teh, rangginang sangat cocok.

Di acara kumpul keluarga atau melekan warga, rangginang sering kali disuguhkan. Demikian juga saat kerja agar tidak terlalu suntuk, maka ngemil rangginang bisa sebagai pilihan.

Di Subang, banyak warga menekuni usaha rumahan dengan membuat rangginang. Biasanya dilakukan ibu rumah tangga, untuk menambah pendapatan suami. Di sela-sela kesibukannya mengurus anak dan kerjaan dapur, para ibu merasa tidak terlalu berat memproduksi rangginang.

Seperti yang dilakoni Ibu Kokom Komariah. Bermula dari iseng membantu mertua, sekarang sudah bisa mandiri membuat rangginang. Berbeda dengan mertuanya, yang membuat keripik, opak, dan rangginang, Ibu Kokom justru fokus pada rangginang.

Rangginang dalam proses penjemuran | Dokumentasi pribadi
Rangginang dalam proses penjemuran | Dokumentasi pribadi
Walau masih bersifat sederhana, produksi rangginang Ibu Kokom kini mulai dikenal. Dia tidak hanya mengincar pasar Subang, tapi juga melebarkan sayap ke wilayah Bandung. Walau begitu masih tetap menerima pesanan untuk warga Subang.

Ibu Kokom mengungkapkan, rangginang yang diproduksinya terdiri atas tiga rasa. Pertama rasa gurih merupakan campuran terasi. Selanjutnya ada campuran gula yang menghasilkan cita rasa manis. Terakhir rangginang jenis ketas hitam.

Walau berbeda-beda cita rasa, pembuatan tiga jenis rangginang itu nyaris sama. Tidak ada perbedaan dalam prosesnya. Yang lain itu cuma campurannya saja dan bahan bakunya.

"Kalau yang berwarna hitam, bahan bakunya memang ketan hitam. Sementara yang warna kemerahan, itu ada campuran terasi. Sedangkan yang warna cokelat, itu ada campuran gulanya dan dikenal sebagai rangginang manis," tutur Ibu Kokom.

Rangginang terasi. | Dokumentasi pribadi
Rangginang terasi. | Dokumentasi pribadi
Dalam sekali produksi, Ibu Kokom biasanya menggunakan 5 liter beras ketan untuk masing-masing jenis rangginang. Dari lima liter beras ketan bisa menghasilkan 300 biji rangginang. Untuk menghasilkan bentuk yang rapi dan besarannya sama, Ibu Kokom menggunakan cetakan.

Proses yang paling berat bagi Ibu Kokom, yakni saat mengaduk adonan. Sedangkan proses lainnya cukup memperhatikan kehati-hatian dan jam terbang. Tapi kalau sudah berpengalaman, pasti menghasilkan rangginang dengan bentuk bagus dan cita rasa yang pas.

"Cuma sekarang lagi terkendala dengan musim hujan. Produksi sedikit agak terhambat. Terutama dalam proses penjemuran, kalau tidak ada panas mempengaruhi juga terhadap produk rangginang," ucap Ibu Kokom.

Rangginang manis.| Dokumentasi pribadi
Rangginang manis.| Dokumentasi pribadi

Dijelaskan, seusai melewati proses penjemuran, jangan langsung digoreng. Rangginang mentah itu harus didiamkan dulu hingga dua hari. Biasanya kalau langsung digoreng seusai dijemur, maka bentuk yang didapat tidak akan memuaskan. Dimakannya pun tidak enak, karena rangginang itu tidak mengembang alias bantat.

Selama ini, Ibu Kokom menjual rangginang baik yang masih mentah maupun yang sudah matang. Penjualannya pun bisa dilakukan per biji atau per kilogram. Pembeli yang beli kiloan biasanya dalam bentuk rangginang mentah.

Ibu Kokom membandrol harga rangginang mentah per kilogramnya seharga Rp 50.000,00. Kalau dihitung, dalam satu kilogram ada 80 biji rangginang. Sedangkan rangginang matang dijual per biji dengan harga Rp. 1.000,00.

Rangginang ketan hitam. | Dokumentasi pribadi
Rangginang ketan hitam. | Dokumentasi pribadi

Walau masih industri rumahan, namun pesanan yang datang ke Ibu Kokom mengalir terus. Bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga, banyak juga perusahaan swasta atau kantor pemerintah yang memesan dalam jumlah besar.

"Repot juga kalau banyak pesanan dalam waktu bersamaan. Tenaganya tidak mampu. Kecuali pesanan yang sudah rutin, bisa diantisipasi. Seperti pesanan dari polisi, itu sudah rutin. Demikian juga ada pesanan dari ibu-ibu arisan, waktunya sudah jelas. Jadi sampai saat ini belum ada rencana mengisi ke toko atau warung. Waktunya tidak ada," kata Ibu Kokom.(Anwar Effendi)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun