Berantakan. Sedih, kesal, kecewa, bingung, pasrah, semua rasa itu campur aduk. Begitulah yang dirasakan anggota rombongan yang hendak melakukan trip ke Gunung Bromo, Rabu 25 Maret 2020.
Semula ada 25 orang yang berasal dari beberapa wilayah Bandung dan Cimahi, merencanakan wisata ke Gunung Bromo dan destinasi lainnya di Malang. Itu sudah diagendakan jauh hari sebelumnya.
Dalam jadwal berangkat dimulai dari stasiun Bandung tanggal 25 Maret dan pulang melalui stasiun Malang tanggal 28 Maret. Dengan menggunakan kereta api Malabar, sebagian memilih kelas bisnis dan sisanya ekonomi.
Seiring merebaknya informasi penyebaran virus corona, dua dari penggemar traveling itu mulai khawatir. Keduanya Ida Widyawati dan Dian Hendarjati memilih untuk mengundurkan diri.
Baik Ida maupun Dian beralasan, di saat ini khawatir berada di tempat keramaian orang. Namun, mundurnya dua anggota trip ke Bromo, tidak menyurutkan semangat anggota lainnya. Bahkan, posisi dua anggota itu, bisa digantikan oleh anggota baru yang bergabung.
Semangat jalan-jalan mereka terus bergelora. Salah satu anggota rombongan, Ibu Riana justru menginginkan trip ke Bromo harus terwujudkan sesuai jadwal awal. Apalagi persiapan yang dilakukan sudah matang.
"Semua perlengkapan sudah dibeli. Utamanya, busana yang akan dikenakan sudah lengkap. Pokoknya bisa mengatasi cuaca dingin di Bromo," kata Ibu Riana di grup Whats App (WA) yang diperkuat foto dirinya mengenakan kupluk.
Sebagian besar anggota memang setuju, jalan-jalan ke Bromo tetap dilaksanakan. Mengingat tiket kereta sudah beli. Demikian juga akomodasi semacam home stay dan transportasi lokal sudah dipesan.
"Sebenarnya kita tidak terlalu terpengaruh dengan informasi penyebaran virus corona. Pemerintah daerah Jawa Timur juga tidak menerapkan lockdown. Makanya, kita masih optimis jalan-jalan ke Bromo bisa dilaksanakan tanggal 25 Maret," tutur Ibu Lily yang dalam trip kali ini mengajak suaminya Bapak Tony.
Ibu Tatat, Ibu Tita, Ibu Yuliati, Ibu Sumartini, Ibu Ayi, Ibu Tita, Ibu Fenty, Ibu Euis, Ibu Amy seiya sekata, sangat berharap trip ke Bromo jangan sampai batal. Mereka mengaku, hampir setiap gelisah memikirkan keindahan Gunung Bromo yang akan dikunjungi.
Namun apa mau dikata. Harapan tinggal harapan. Keinginan jalan-jalan yang sudah meledak-ledak, akhirnya meredup juga. Imbauan untuk tidak melakukan bepergian terus gencar dilakukan. Larangan berkumpul dan menghindari keramaian terus mengalir. Akhirnya anggota trip ke Bromo cuma bisa pasrah.
Pimpinan rombongan Dicky Harisman mengambil langkah bijak. Walau sebelumnya sempat meyakinkan, wilayah Bromo masih aman, lantas Dicky mengeluarkan keputusan voting, trip Bromo lanjut atau digeser.
Hasil voting, semua anggota memahami kondisi terkini yang terjadi di Indonesia. Trip ke Bromo tidak dibatalkan cuma waktunya saja yang berubah. Sebagai ancer-ancer, waktu yang dipilih pada tanggal 15 April 2020. Itu artinya mundur hingga empat bulan dari rencana awal.
"Kita cara aman saja. Memaksakan diri juga tidak baik. Saya sebenarnya memahami, bagaimana keinginan anggota rombongan. Mereka tampak tidak bisa nahan untuk berkunjung ke Bromo. Tapi mau bagaimana lagi," ucap Dicky.
Menurut Dicky, semua anggota sudah sepakat waktu kunjungan ke Bromo digeser lewat voting. Langkah pertama yang diambil, yakni mengubah jadwal keberangkatan kereta api denan menukarkan tiket yang sudah dipesan. Selanjutnya minta kebijakan pengelola home stay dan pemilik kendaraan yang dijadikan transportasi di Malang.
Dicky memastikan, tidak banyak perubahan dalam rencana trip ke Bromo, walau waktu kunjungannya digeser. Selain ke Gunung Bromo sebagai tujuan utama, rombongan nanti akan mengunjungi Museum Angkut, Kampung Heritage, Kampung Warna Warni dan tentu saja menjajal semua tempat kuliner di sana.
"Anggota sudah pesan, kuliner yang wajib dijajal di antaranya Warung Wareg dan Warung Rawon. Tapi ada rencana juga, ibu-ibu membawa perbekalan sendiri, berupa bahan masakan. Nantinya mereka mau masak di home stay. Kegiatan itu dimaksudkan untuk saling mengakrabkan semua anggota trip Bromo," ungkap Dicky.
Hikmah lain dengan bergesernya waktu kunjungan ke Bromo, yakni anggota rombongan lebih banyak memilih tiket kelas bisnis untuk kereta api Malabar. Artinya, nanti tidak banyak anggota yang terpencar selama perjalanan.
Kini semua anggota berharap dan berdoa, tidak ada lagi halangan yang menghambat keinginan mereka menikmati pesona Gunung Bromo. Di sisi lain, masalah virus corona bisa cepat diselesaikan. Dengan demikian, daerah-daerah wisata akan mencabut status lockdown. Semoga!!! (Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H