Pada musim kemarau pun, wilayah tersebut tetap diguyur hujan. Jadi dalam hal persiapan untuk berkemah, hal yang perlu diperhatikan membawa jas hujan. Kalaupun tidak turun hujan, udara yang cukup dingin, memaksa kita untuk melindungi diri dengan pakain tebal, jaket, kupluk, sarung tangan, hingga kaus kaki.
Persiapan bermalam di sana pun jangan mengandalkan tenda semata. Ada baiknya wisatawan membawa kantong tidur (sleeping bag) dan matras untuk alas tidur. Semuanya dimaksudkan untuk meminimalisasi udara dingin yang menyergap di malam hari.
Tapi sebelum tidur untuk melepaskan lelah setelah kegiatan siang hari, wisatawan di lokasi Bumi Perkemahan Ranca Cangkuang bisa melakukan api unggun.
Tidak perlu repot-repot mencari atau membawa kayu bakar, karena biasanya ada penduduk setempat yang menawarkan penjualan kaya bakar. Satu ikat kayu bakar dihargai Rp 30.000,00.
Mungkin untuk mendapatkan kehangatan di malam hari dengan membuat api unggun dalam jangka waktu yang agak lama, bisa dibutuhkan tiga sampai lima ikat kayu bakar. Sambil kumpul di depan api unggun, wisatawan di sana bisa juga menikmati suara-suara binatang malam dari arah bukit di seberang sungai.
Oh iya, di Bumi Perkemahan Ranca Cangkuang tersedia sarana toilet. Sarana tersebut biasanya dimanfaatkan jika wisatawan mau buang air besar (BAB). Kalau mau mandi, kebanyakan wisatawan langsung memanfaatkan air sungai Ranca Cangkuang yang sangat jernih.
Jadi, kalau Anda tertarik bermain di sungai atau mendaki bukit, kenapa tidak dicoba untuk berkemah di Bumi Perkemahan Ranca Cangkuang?(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H