Kalau ada aktivitas yang mendebarkan tapi jadi tontonan menarik, tengoklah Pasar Maeklong di Thailand. Apa sebabnya?
Pasar tradisional itu berada di atas rel kereta api yang masih aktif. Iya, aktivitas jual beli, pedagang dan pembeli dilakukan di atas rel. Ngeri bukan?
Justru karena menimbulkan rasa ngeri itu, akhirnya banyak orang yang penasaran. Terutama wisatawan dari luar Thailand, rela datang dari jauh cuma ingin tahu, bagaimana aktivitas pasar itu, ketika ada gerbong kereta yang akan melaju.
Apakah lapak-lapak milik pedagang akan hancur ditabrak lokomotif kereta api. Bagaimana kalang kabutnya pengunjung pasar, ketika tahu ada kereta api yang akan melintas?
Semuanya akan terjawab, jika wisatawan berkunjung langsung ke pasar yang terletak 72 km atau satu jam perjalanan arah barat daya Bangkok. Dan betul adanya, aktivitas pasar itu berlangsung di atas rel. Pun demikian dengan jadwal kereta api, yang masih melayani penumpang.
Pasar Maeklong seperti pasar tradisional pada umumnya, menawarkan berbagai kebutuhan sehari-hari. Bumbu dapur, perabotan rumah tangga, buah-buahan, sayur mayur, sabun, daging segala macam tersedia.
Bahkan untuk dagangan sayuran dan buah punya keunggulan di pasar tersebut. Kualitasnya tak perlu disangsikan dan pembeli bisa mendapatkan dalam wujud yang sangat segar.
Hal itu, karena petani buah dan sayur langsung memasarkan sendiri di pasar yang berada di Provinsi Samut Songkhram tersebut. Boleh dikata, pembeli mendapatkan barang langsung dari tangan pertama.
Soal harga pun jadi lebih murah. Itu sangat menguntungkan pembeli. Tidak heran, jika pasar yang terlihat kurang representatif itu, justru selalu ramai pembeli. Ditambah lagi, dengan banyak wisatawan yang merasa penasaran.
Kesan kuran representatif itu, karena para pedagang terlihat seperti seenaknya menjajakan barang dagangan di atas rel kereta api. Sepintas lapak dan tenda yang didirikan para pedagang, benar-benar bisa menghalangi laju kereta api.
Para pedagang bukannya tidak tahu akan bahaya tertabrak kereta api. Namun, para pedagang beralasan, aktivitas jual beli itu, sama tuanya dengan keberadaan rel kereta api.
Saat jalur kereta api itu dibangan, saat itu pula pasar tradisional itu ada. Mereka pun tidak akan mau pindah dari lokasi sekitar rel, karena tidak ada lagi tempat untuk aktivitas berdagang.
Berangkat dari kondisi itulah, akhirnya ada kesepatakan dari pihak berwenang dan para pedagang untuk tetap menghidupkan aktivitas jual beli di atas rel kereta api. Bagaimana kalau kereta api melintas di jalur tersebut? Apakah kereta penumpang itu akan menabrak lapak pedagang dan menghancurkan barang-barang yang dijajakan?
Ternyata para pedagang di Pasar Maeklong cukup kreatif untuk mengantisipasi laju kereta api. Lapak-lapak yang mereka dirikan tidak dipatenkan. Semua lapak milik pedagang di bawahnya menggunakan roda.
Mereka pun membuat jalur rel sendiri untuk lapaknya, untuk memudahkan saat mendorong barang dagangan. Para pedagang yang ada di kanan kiri rel, cukup mendorong lapak beroda menghindar satu meter dari badan kereta yang melintas.
Cukup satu meter? Apakah barang dagangan tidak berantakan terkena hembusan angin gerbong kereta yang melaju?
"Sudah aman mundur satu meter. Barang dagangan tidak ada yang terbang. Soalnya kereta kalau melintas wilayah ini, lajunya tidak kencang. Kereta akan berjalan pelan, sekitar 15 km/jam. Pedagang di sini pun sudah terampil bongkar pasang tenda, sebelum kereta datang," kata Waen, pedagang wanita yang menyediakan aneka keripik.
Pemandangan pedagang Pasar Maeklong saat membongkar pasang lapak menjelang kereta api melintas memang sangat menarik. Para wisatawan, ada yang senyum-senyum ada pula yang cukup geleng-geleng kepala.
Suasananya memang sempat mencekam saat lokomotif muncul dan memasuki wilayah pasar. Sebelum membongkar lapak dan tenda, para pedagang setempat mengingatkan agar para pembeli, utamanya wisatawan untuk segera menepi, menjauh dari rel.
Menurut Klahan penjual buah-buahan, kereta melintas di wilayah Pasar Maeklong ada empat kali dalam sehari. Pedagang pun sudah hafal jam berapa saja harus membereskan dasarannya agar tidak tertabrak kereta.
Mereka harus siap-siap bongkar pasang pada pukul 08.30, siang hari mereka kembali harus waspada pada pukul 11.10. Jadwal kereta berikutnya yang harus diantisipasi yakni pada pukul 14.30 dan 17.40. Perlu diketahui waktu Thailand dan Indonesia bagian barat, nyaris tidak ada perbedaan.
Jadi bagi para wistawan yang ingin menikmati aksi pedadang di atas rel kereta api, harus mencatat jam-jam tersebut. Jangan khawatir untuk mendapatkan oleh-oleh khas Thailand di Pasar Maeklong. Selain makanan berupa keripik buah atau manisan buah, tersedia pula kerajinan khas masyarakat setempat. Atau ada juga yang simpel cukup dengan membeli kaus dengan gambar kereta api atau suasana jual beli Pasar Maeklong.(Anwar Effendi)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H