Bagi seorang guru an sich, dirinya adalah sosok seorang pemimpin bagi dirinya yang harus merefleksikan dirinya sendiri sebagai suatu asset yang harus terus digali akan kemampuan yang dimilikinya sehingga kekuatan positif yang ada pada dirinya muncul sebagai suatu bekal dalam berinteraksi dengan para muridnya dan dapat berdampak positif bagi pendidikan muridnya baik itu secara kognitif maupun sosial dan emosional agar menjadi well being yang diinginkan.Â
Dalam kaitannya dengan nilai dan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan implementasinya di lapangan, baik itu di kelas, sekolah maupun pada masyarakat lingkungan sekolah, kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dituntut untuk dapat mengoptimalkan berbagai potensi yang ada ditempat-tempat tersebut dalam upaya pemberian pelayanan yang optimal pada murid.Â
Sebagai contoh dikelas misalnya, ada banyak aset yang dapat dijadikan suatu tolok ukur yang dapat digunakan sebagai upaya pemanfaatan dalam pembelajaran yang dapat berdampak signifikan kepada murid, contohnya adalah pada saat seorang guru tersebut masuk kedalam ruang kelas hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana murid-muridnya merasa nyaman dan tertarik dalam belajar baik itu tata ruang maupun suasana dalam belajar, selain itu seorang guru setidaknya memahami lebih dalam terkait keanekaragaman para murid baik itu karakter, gaya belajar, kondisi sosial dan ekonomi juga ketertarikannya dalam belajar yang ketika didalam kelas itu semua dipandang sebagai sebuah aset yang dapat diambil nilai positifnya guna menunjang proses kegiatan belajar murid yang diinginkan.Â
Sementara sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang merupakan bagian dari aset sekolah, pola pikir yang ada setidaknya dapat mencerminkan kebermanfaatan diri untuk dapat bermanfaat bagi orang lain atau dengan kata lain untuk teman sejawat yang membutuhkan.Â
Satu hal yang patut di ingat adalah bahwa setiap rekan kerja kita merupakan aset bagi sekolah kita, baik itu kelebihan yang dia miliki maupun kekurang yang ada padanya, sehingga segala sesuatu yang ada disekolah dapat dioptimalkan untuk tujuan yang berdampak signifikan bagi murid.Â
Satu hal yang mungkin luput dari pandangan adalah, seorang pemimpin pembelajaran dapat mempertimbangkan akan aset apa saja yang dapat dimanfaatkan terkait hubungannya dengan masyarakat disekitar sekolah, dan ini tentunya memerlukan analisis lebih dalam untuk dapat memetakan segala aset yang ada melalui tujuh pendekatan kekuatan berbasis aset sebagai suatu modal, yaitu; (1) manusia, (2) Sosial, (3) politik, (4) Agama dan budaya, (5) fisik, (6) lingkungan/ alam, dan (7) finansial.
Terkait dengan materi yang sudah dipelajari, materi pada modul ini boleh diibaratkan sebagai ladang atau lahan dalam upaya mengaplikasikan dan mengimplementasikan modul-modul sebelumnya.Â
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam membaca dan menganalisis aset yang ada dilingkungannya, baik itu kelas, sekolah maupun masyarakat sekitar sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yang dicita-citakan bersama, hal awal yang harus ada adalah semangat filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang harus selalu tertanam didalam hati dan menjadi pola pikir dalam mendampingi tumbuh kembang para murid yang berbasiskan among yang welas asih sesuai dengan kodrat zaman para murid, disamping itu nilai dan peran guru penggerak menjadi salah satu motivasi tersendiri dalam menjadikan diri ini yang merdeka untuk lebih bertanggung jawab akan tugas dan perannya sebagai guru sebagai suatu aset yang berharga, bergerak mengoptimalkan sumberdaya yang ada baik itu mengoptimalkan peran murid maupun kolaborasi dan kemitraan yang saling mendukung satu sama lain dengan rekan sejawat.Â
Dalam praktiknya tentu berbagai tantangan dan halangan pasti bermunculan satu sama lain, namun sebagai calon guru penggerak yang sudah mempelajari berbagai modul yang ada, tentunya hal-hal tersebut dapat diantisipasi dengan berbagai cara; contohnya pada saat kita ingin mengoptimalkan aset yang ada pada murid, idealnya kita dapat menjalankan nilai dan peran yang ada sesuai dengan aset yang kita miliki, namun jika masalah muncul, hal yang perlu dibangun adalah memperkenalkan dan menumbuh kembangkan buday positif dengan disiplin positif yang menjadi suatu komitmen dan keyakinan yang muncul dari kesadaran diri para murid, sebagai upaya antisipasi, restitusi dapat dijadikan alat untuk mengoptimalkan dan mengubah nilai negatif menjadi nilai positif yang berbasiskan kesadaran diri para murid, pun juga pada saat halangan tersebut ada pada teman sejawat kita maka tehnik coaching dapat diterapkan dan diaplikasikan guna menggali lebih dalam nilai-nilai positif yang ada pada teman kita sebagai suatu aset.Â
Selanjutnya, langkah dan peran kita sebagai guru penggerak adalah dengan berkolaborasi bersama untuk dapat menyisir segala aset yang dimiliki dengan menerapkan pendekatan B-A-G-J-A sebagai suatu upaya prakarsa perubahan positif akan visi yang sudah kita cita-citakan bersama untuk memberdayakan segala aset yang kita miliki baik murid, rekan guru, kelas, lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar sekolah kita, dan untuk menjaga ini semua, komunikasi dan dialog yang berkelanjutan diperlukan sebagai sarana refleksi dan evaluasi untuk menumbuh kembangkan komitmen antar sumber daya manusia yang ada yang dibuktikan dengan terbangunnya koneksi dan kolaborasi dimana setiap individu mampu mengenali aset yang ada pada dirinya, dengan terciptanya segala harapan yang dibangun dari visi bersama yang dikerjakan dengan penuh dari obsesi ide dan peluang yang ada dengan saling merangkul akan perubahan yang ada dengan penuh tanggung jawab yang nantinya dapat memunculkan kepemimpinan yang berkesinambungan bagi institusi sekolah tersebut.
Setelah mempelajari modul 3.2 ini tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, yang sebelumnya saya merasa bahwa hanya teman-teman yang memiliki kompetensi dan keahlian saja yang mungkin dianggap sebagai aset sekolah, namun setelah saya mempelajari ternyata semua yang ada disekolah kita, baik itu teman sejawat, warga sekolah, dan terutama para murid kita atau bahkan lingkungan disekitar sekolah kita adalah aset yang dapat diolah dan dioptimalkan sebagai sarana pemberian pelayanan pembelajaran yang berpusat pada murid yang lebih baik lagi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H