Mohon tunggu...
Ahmad Pelani
Ahmad Pelani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hanya seorang Guru yang sedang belajar untuk selalu mencerdaskan anak bangsa, sambil membaca buku dan novel serta sesekali bermain-main coding secara otodidak untuk menjadi diri yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

24 Oktober 2022   00:57 Diperbarui: 24 Oktober 2022   02:25 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin 

AHMAD PELANI

CGP Angkatan 5 DKI Jakarta

 

Pada pembelajaran CGP kali ini di modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin menempatkan saya pada posisi tentang bagaimana dan apa yang harus saya putuskan ketika menjadi pemimpin terutama dilingkungan sekolah. Modul 3.1 ini seakan menjadi rambu-rambu bagi para pemangku kebijakan disebuah institusi pendidikan terutama dilingkungan sekolah dalam menentukan dan memutuskan suatu kebijakan yang disandarkan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Sebagai suatu institusi moral, Sudah selayaknya sekolah menjadi lahan dan arena terutama bagi pemangku kebijakan ditempat tersebut untuk lebih mengedepankan praktik-praktik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai yang dapat dimanifestasikan dalam pembuatan suatu kebijakan yang harus uh pertanggung jawaban. Disatu sisi, semangat among yang diajarkan dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara menjadi salah satu sarana dalam mengaplikasikan nilai-nilai universal ini dalam membersamai diri baik itu ketika dengan para murid, maupun ketika bersama dengan teman sejawat dalam menentukan dan memutuskan suatu keputusan.

Kesadaran akan nilai dan peran diri sebagai guru penggerak menjadi pondasi bagi saya dalam menghadapi berbagai tantangan dan dialektika yang mungkin saja muncncerminkan suatu kebajikan universal, (2) keputusan tersebut diambil karena berpihak pada murid, dan (3) keputusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Terkait hal tersebut, sebagai calon guru penggerak, yang saya bayangkan saat menjadi pemimpin institusi pendidikan adalah bahwa nilai-nilai kebajikan universal menjadi mutlak didasarkan dalam memutuskan berbagai hal yang tentunya harus berdampak positif dan memiliki keberpihakan pada murid yang diputuskan dan dilakukan dengan pen

apat dijadikan suatu kekuatan dalam menghadapi permasalahan tersebut. Kolaborasi dan komunikasi tentunya menjadi sarana selanjutnya dengan memetakan berbagai permasalahan yang muncul dipermukaan melalui prakarsa perubahan B-A-G-J-A, dengan tetap menstabilkan sosial dan emosional diri, memilah dan memilih keputusan apa yang terbaik yang nantinya akan diputuskan.

Komunikasi yang penuh kemitraan dan saling men

ul dan menjadi dilema etika atau bahkan menjadi bujukan moral akibat lima kebutuhan dasar manusia, sehingga mengharuskan saya dapat membaca berbagai peluang dan strategi dalam menghadapi tantangan dan hambatan tersebut pada saat saya menetapkan suatu keputusan, dan yang saya akan lakukan adalah dengan selalu memandang bahwa setiap masalah yang muncul tentunya ada penyelesaian dan solusi, sehingga hal yang pertama saya perlu pertimbangkan adalah bahwa tantangan yang muncul pasti ada nilai positif yang d

diputuskan dengan selalu memandang pada tiga hal; (1) keputusan tersebut me

ghargai menjadi modal dasar dalam menyelesaikan suatu masalah, dan hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan coaching. Suatu kegiatan yang dianggap tidak saja memberi peluang bagi teman sejawat untuk menunjukan nilai-nilai positif, namun juga memberikan kesempatan baginya untuk dapat mengaktualisasikan dirinya untuk mandiri dan berkembang tanpa harus kita minta.

Tantangan yang sering muncul bagi seorang pemimpin ketika menghadapi permasalahan dan mengharuskan menentukan keputusan adalah terkadang permasalahan yang harus diselesaikan merupakan dilema etika, dimana opsi yang muncul kepermukaan adalah kedua-duanya benar secara moral, namun kita harus dapat memutuskannya, kadang juga permasalahan yang muncul malah bujukan moral, dimana yang dihadapi adalah a ada paradigma yang harus dijadikan rujukan dan dijadikan suatu sandaran; apakah permasalahan tersebut merupakan individu melawan masyarakat?, kebenaran melawan kesetiaan?, keadilan melawan rasa kasihan? Atau permasalahan tersebut adalah jangka mendek melawan jangka panjang?. Ketika kita sudah menentukan salah satu dari empat paradigma tersebut, yang perlu kita lakukan adalah mengambil keputusan dengan menentukan salah satu prinsip yang dapat kita pegang berdasarkan permasalahan yang kita hadapi, yaitu; (1) berbasis hasil akhir, (2) berbasis beraturan, (3) berbasis rasa peduli.

Dalam praktiknya, paradigma dan prinsip yang sudah dipilih tersaebut harus melalui sembilan langkah pengujian sebelum diputuskan dengan (1) menggali dan mengenali nilai-nilai apa saja yang saling bertentangan sehingga kita dapat mengetahui apakah permasalahan yang ingin diputuskan benar-benar merupakan dilema etika atau malah bujukan moral, dan untuk meminimalisir benturan, kita juga harus menentukan siapengan mengandalkan tingkat perasaan, apakah ada yanantara benar dan salah. Pada tahap ini seorang pemimpin harus peka dalam menganalisa permasalahan tersebut, sehingga ketika menganggap bahwa ketika permasalahan tersebut merupakan dilema etika makg salah dengan situasi yang dihadapi sekarang ini?, apakah tindakan yang dilakukan sudah sejalan dengan nilai-nilai yang sudah diyakini bersama?. Hal selanjutnya yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang berbasis nilai-nilai universal adalah dengan (d) uji publikasi terkiat dengan permasalahan yang dihadapi, dengan  manyandarkan pada apa yang akan dirasakan jika keputusan yang diambil dipublikasikan baik secara elektronik maupun media cetak dan viral di media sosial, tentunya perasaan tidak nyaman akan muncul dan ini patut dipertimbangkan. Selanjutnya adalah (e) uji Panutan/ idola, dimana kita dapat membayangkan kira-mua ini sudah diindentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan berbagai uji untuk menentukan bahwa permasalahan yang dihadapi adalah benar atau salah, dengan (a) uji legal; untuk mengetahui apakah permasalahan yang dihadapi memang benar dilema etika atau malah suatu hal yang melanggar hukum karena bujukan moral, selanjutnya adalah jika pada uji legal merupakan dilema etika maka perlu uji lanjutan yaitu; (b) uji regulasi/ standkira apa yang akan dilakukan oleh orang yang menjadi panutan kita pada saat menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi ini. Setelah berbagai uji dilakukan, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah menajamkan situasi yang sedang dihadapi dengan (5) pengujian paradigma benar lawan benar, untuk menentukan apakah situasi yang dihadapi adalah (a) individu lawan kelompok, (b) rasa keadilan lawan rasa kasihan, (c) kebenaran lawan kesetiaan, atau (d) jangka pendek lawan jangka panjang. Jika pengujian paradigma sudah ditentukan hal selanjutnya yang dilakukan adalah (6) melakukan prinsip resolusi, suatu prinsip penyelesaian dilema-siapa saja yang terlibat dalam situasi yang kita hadapi ini, tentunya dengan (3) mengumpukan berbagai fakta yang relevan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Jika sear profesional, untuk mengetahui apakah permasalahan yang dihadapi ada pelanggaran aturan atau kode etik, dan sebagai seorang pemimpin harus dapat mengandalkan intuisinya dalam membuat suatu keputusan, dan dalam hal ini (c) uji Intuisi dilakukan da dengan menentukan salah satu dari (a) berpikir berbasis hasil akhir, (b) berpikir berbasis peraturan, atau (c) berpikir berbasis rasa peduli. Pada tahap ini beberapa gambaran keputusan sudah muncul, namun untuk meyakinkan diri kita, langkah yang dapat kita tetapkan adalah (7) investigasi opsi Trilema sebagai salah satu opsi yang trekadang pada saat kita ingin membuat suatu keputusan, muncul hal-hal kreatif untuk berkompromi dengan permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga dari berbagai opsi yang ada kita dapat (8) membuat keputusan yang memerlukan keberanian moral dengan selalu menyandarkan pada; mengandung nilai-nilai universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggung jawabkan, dan sebagai bahan evaluasi hal yang patut dan perlu dilakukan oleh seorang pemimpin pada saat telah membuat keputusan adalah (9) melihat kembali keputusan dan refleksikan untuk dijadikan pelajaran dan acuan bagi kasus-kasus lain dimasa datang bagaimana proses pengambilan keputusan tersebut ditentukan.[]  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun