Penulis : Pelangi Nuansa/Dr. Dra. Gustianingsih, M.Hum., CP.NLP
Halo sob! Saya Pelangi Nuansa, pada pembahasan kali ini saya akan membahas perihal Sex Education atau pendidikan seks. Pasti para sob semua udah gak asing dong dengan Sex Education. Tapi, seperti yang kita tahu jika mendengar kata Sex kadang kita merasa itu bukanlah suatu hal yang wajar.
Bukan hanya itu, Sex Education yang dilakukan bagi kalangan remajapun sering kali dijadikan bahan candaan. Mari kita kumpas tuntas pentingnya Sex Education yuk!
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan memberi pengetahuan tentang seks, fungsi biologis kelamin, kehamilan, dan sebagainya. Pendidikan ini sebaiknya dilaksanakan saat laki-laki dan perempuan memasuki masa remaja, tetapi bagi mereka yang masih dibawah umurpun baik untuk dikenalkan tentang pendidikan tersebut, contohnya budaya malu. Seperti malu untuk tidak berpakaian (telanjang) di depan orang lain.
Tingkat pelecehan seksual di dunia sangat tinggi. Terfokus pada Indonesia berdasarkan KemenPPPA (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) pada tahun 2019 jumlah anak korban kekerasan seksual mencapai 6.454, kemudian meningkat menjadi 6.980 di tahun 2020. Selanjutnya dari tahun 2020 ke tahun 2021 terjadi peningkatan sebesar 25,07% menjadi 8.730.
Pelaku dan korban memang bukan hanya berasal dari remaja saja. Tetapi para remaja yang baru saja memasuki masa pubertas akan memiliki hormone lebih tinggi daripada biasanya, sehingga meningkatkan nafsu lebih. Bukan hanya tentang kekerasan seksual, tetapi termasuk juga pada seks bebas. Pentingnya menanamkan sejak dini terlebih pada remaja agar tidak terbawa pada pergaulan yang salah.
Pada perempuan masa pubertas dimulai pada rentang usia 10-14 tahun. Sementara pada laki-laki, pubertas terjadi pada kisaran usia 12-16 tahun. Memberikan pendidikan seksualitas kepada anak/remaja bukanlah sekadar memberikan informasi tentang apa seks dan apa itu kontrasepsi, tetapi menumbuhkan perasaan bertanggung jawab dalam diri anak/remaja untuik membuat keputusan seksualnya berdasarkan informasi yang kredibel dan nilai-nilai yang ia anut.
Pendidikan seksualitas yang baik adalah pendidikan seksualitas yang bersifat komperehensif. Apa yang dimaksud dengan komperehensif itu? Menurut UNESCO Pendidikan seksualitas komperehensif (CSE) adalah proses pengajaran dan pembelajaran berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial dari seksualitas.Â
Ini bertujuan untuk membekali anak-anak dan remaja dengan pengetahuan dan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang akan memberdayakan mereka untuk; mewujudkan kesehatan, kesejahteraan dan martabat mereka; mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang saling menghormati; mempertimbangkan bagaimana pilihan mereka mempengaruhi kesejahteraan mereka sendiri dan orang lain; dan, memahami.
Berikut aspek pengetahuan yang dapat dimuat dalam kurikulum pendidikan seksualitas di sekolah :
1. Relasi dengan orang lain (konteks keluarga, sekolah dan komunitas)
2. Nilai-nilai kehidupan, kebudayaan,hak, kewajiban, seksualitas
3. Pemahaman gender
4. Kekerasan dan strategi proteksi
5. Keterampilan untuk gaya hidup sehat dan sejahtera
6. Perkembangan manusia dan tugas perkembangan
7. Seksualitas dan perilaku seksual
8. Seksualitas dan kesehatan reproduksi
Adapun beberapa perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut kekegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Selanjutnya peran pendidikan seksual dalam membentuk perilaku positif pada remaja berupa pemberian informasi seksualitas. Pemberian informasi ini terdiri dari 3 komponen.
Pertama, perubahan dan berkembangan fisik, mental, dan pematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja. Kedua, pendidikan seksual juga harus memberikan informasi yang baik dan benar mengenai kesalahan dan penyimpangan seksual yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental remaja. Terakhir, dampak negatif pergaulan bebas dan perilaku seksual sejak dini.
Jadi itu dia sob penjelasannya. Bagaimana? Sangat penting bukan? Lalu apakah para sob semua akan tetap menjadikannya bahan candaan? Jangan sampai menjadi salah langkah dan mempertaruhkan masa depan ya. Mari pelajari lebih dalam lagi dampak-dampaknya. Semoga sob semua dapat menjadi lebih baik ya.
Semua yang kita lakukan saat ini merupakan langkah kita untuk menentuka masa depan.
Ingat kata pepatah bukan? Apa yang kita tanam hari ini akan kita tuai di masa depan. Teruslah menanamkan hal positif dalam diri. Jangan jadikan pendidikan sebagai candaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI