Kali ini aku mulai pasang niat akan menstop L.300 yang lewat berikutnya. Setelah berdoa dalam hati, sebuah L.300 yang kuharapkan memang melintas. Ini L.300 yang ketiga. Aku tak mau menyesal seperti pada dua L.300 sebelumnya. Kustop mobil ketiga ini. Mobil pun berhenti sedikit ke depan dari tempatku berdiri. Ketika itulah aku menyadari bahwa L.300 yang berhenti ini adalah L.300 yang tadinya sempat kubatalkan tiketnya. (waduh.... hancur...salah stop mobil.)
Cepat-cepat kubuka topi dan jaketku agar Bang Supir tak tanda diriku. "Takengon, Bang?" katanya sembari membuka pintu paling belakang.
Aku tak menyahut, khawatir dia tanda suaraku. Langsung saja kuambil posisi paling belakang. ‘Walaupun hanya memperoleh bangku tempel, lumayan daripada tak dapat mobil lagi, kan sudah larut,' batinku sembari menertawakan diri sendiri. Pasalnya, mobil yang tadi sudah ‘kucap' takkan kunaiki ternyata malah kunikmati jasanya. hehehehe.....
Sambil menikmati hembusan dingin bayu malam yang menggelitik kudukku dari celah jendela mobil yang terbuka setengah, aku berbicara pada diri sendiri. "Tuhan, apakah pada uang di tanganku ini sudah tertulis bahwa pemilik berikutnya adalah supir L.300 ini sehingga ke mana pun aku pergi, uang ini tetap akan jatuh ke tangan supir itu?"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI