Mohon tunggu...
Pelaku Antologi
Pelaku Antologi Mohon Tunggu... -

Saya ini hanya mahluk biasa. Bukan sejenis Mutan atau keturunan Avatar. Saya penganggum berat Poppy Sovia. Menulis memakai handphone jenis N-Gage Classic. Beberapa bulan terakhir ini sedang menggandrungi band asal Inggris, Oasis.\r\n\r\nMore for sh*t\r\n\r\nwww.facebook.com/pelakuantologi\r\nwww.iniblogpelakuantologi.blogspot.com\r\nwww.linkedin.com/pelakuantologi\r\n\r\nor send message\r\npelakuantologi@yahoo.co.id\r\n085725158112

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-laki Pembenci Matahari

30 Agustus 2014   09:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:07 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi seseorang yang ditinggalkan dan dilupakan, adalah sebuah ketakutan yang melebihi ketika nafas menghela pelan melalui tenggorokan, tanpa hidung yang tak lagi bisa menghirup udara untuk mempompa darah hingga ujung kepala. Mati.


Takdir adalah sebuah waktu dimana Tuhan telah menggariskan semuanya, meski terkadang kita tak menerima dan bahkan malah mengumpat. Meski detik berikutnya kita meminta maaf karena takut kualat.


Seperti kabut, yang begitu setia pada pagi tapi dipisahkan oleh matahari yang angkuh. Atau seperti hujan, yang mengharap kekasihnya, pelangi, untuk datang barang sejenak dan menyapanya. Tapi lagi-lagi, matahari tak memberi waktu untuk mereka saling menyapa rindu.


Kau lalu bercerita tentang kebahagian.


Apa arti kebahagian menurutmu? Bahagiakah jika hujan mengharap pelangi, tapi langit justru memberinya guntur yang tak pernah berhenti menggelegar? Bahagiakah jika kabut ingin berlama-lama dengan pagi, tapi matahari datang terlalu cepat dan membuyarkan pertemuan mereka?


Kita, hujan, dan pagi kelak akan menagih pada langit. Ya, bahwa rindu adalah sesuatu yang dijanjikan oleh-Nya untuk kita, untuk hujan, dan untuk pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun