Menjadi seseorang yang ditinggalkan dan dilupakan, adalah sebuah ketakutan yang melebihi ketika nafas menghela pelan melalui tenggorokan, tanpa hidung yang tak lagi bisa menghirup udara untuk mempompa darah hingga ujung kepala. Mati.
Takdir adalah sebuah waktu dimana Tuhan telah menggariskan semuanya, meski terkadang kita tak menerima dan bahkan malah mengumpat. Meski detik berikutnya kita meminta maaf karena takut kualat.
Seperti kabut, yang begitu setia pada pagi tapi dipisahkan oleh matahari yang angkuh. Atau seperti hujan, yang mengharap kekasihnya, pelangi, untuk datang barang sejenak dan menyapanya. Tapi lagi-lagi, matahari tak memberi waktu untuk mereka saling menyapa rindu.
Kau lalu bercerita tentang kebahagian.
Apa arti kebahagian menurutmu? Bahagiakah jika hujan mengharap pelangi, tapi langit justru memberinya guntur yang tak pernah berhenti menggelegar? Bahagiakah jika kabut ingin berlama-lama dengan pagi, tapi matahari datang terlalu cepat dan membuyarkan pertemuan mereka?
Kita, hujan, dan pagi kelak akan menagih pada langit. Ya, bahwa rindu adalah sesuatu yang dijanjikan oleh-Nya untuk kita, untuk hujan, dan untuk pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H