Mohon tunggu...
Pejuang Muda FISIP
Pejuang Muda FISIP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa FISIP UIN Walisongo 2019

Pejuang Muda FISIP UIN Walisongo merupakan kelompok mahasiswa yang terdiri dari 4 mahasiswa Sosiologi dan 6 mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Kreatif Jadi Pilihan Pejuang Muda di Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang

27 April 2022   06:00 Diperbarui: 27 April 2022   06:12 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Pejuang Muda Kementerian Sosial yang berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Kementerian Agama memiliki misi salah satunya adalah melakukan pemberdayaan masyarakat, berdasarkan mandat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin bahwa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengawasan penanganan fakir miskin dapat dilakukan oleh perorangan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 dan 2.

Program Pejuang Muda Kementerian Sosial hadir sebagai kegiatan Magang yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dimana mahasiswa merupakan aktor utama dalam memecahkan masalah sosial secara kreatif dan inovatif berbasis pengalaman. 

Melalui observasi lapangan, Aliffah Khoirunnisa dan para Pejuang Muda Kab. Semarang memilih untuk melakukan pemberdayaan di Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. KARISMA (Kawengen Mandiri Sejahtera Maju) merupakan julukan iconic dari pemberdayaan ekonomi kreatif ini.

Desa Kawengen yang berada di jalan alternatif Semarang-Demak ini memiliki potensi alam yang cukup melimpah karena selain mudah ditemukan, pisang juga merupakan buah yang memiliki berbagai macam jenis. Pisang dipilih sebagai bahan dasar pemberdayaan ekonomi kreatif. Ide ini muncul karena banyak ditemukan petani pisang di Desa Kawengen yang nilai jual pisangnya kalah bersaing dengan pemasok pisang lain.

"Masyarakat disini hanya menyetorkan hasil panen pisangnya kepada tengkulak, sebagian," kata Pak Dadang, Perangkat Desa Kawengen. 

"Padahal hampir setiap hari pisang yang dihasilkan tidak kurang dari dua mobil pick up dan sisanya terbuang sia-sia," menurut warga Desa Kawengen.

Potensi alam yang dimiliki Desa Kawengen ini menjadi salah satu bahan pokok dalam program pemberdayaan masyarakat. Pisang akan dijadikan potensi komoditas secara maksimal mulai dari buah hingga pelepahnya. 

Pisang diolah menjadi keripik pisang, nugget pisang, dan pupuk kompos yang berasal dari jantung hati pisang, serta yang paling menarik adalah keripik pelepah pisang. 

Pengolahan keripik pelepah pisang harus dilakukan secara telaten karena getah dan serat dari pelepah pisangnya menjadi bagian paling sulit diantara proses pengolahan produk pisang yang lain. 

Pengolahan keripik pelepah pisang sendiri dimulai dari pemilihan pelepah yang masih muda dan berwarna putih, setelah disortir lalu dipotong bentuk persegi dan di diamkan dalam rendaman air kapur selama 24 jam dan setelah itu dicuci air bersih 3x pencucian dengan tujuan untuk menghilangkan getah di dalam pelepah pisang. 

Dilanjutkan proses melumuri pelepah dengan tepung dan bumbu yang sudah dicampur. Tahap terakhir adalah menggoreng pelepah pisang dengan minyak panas dan digoreng hingga berwarna kecoklatan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun