4. Kekerasan dan Ketidakstabilan Politik
Ketika demokrasi tidak berjalan, legitimasi pemerintah sering dipertanyakan. Hal ini dapat memicu kekerasan politik, pemberontakan, atau perang saudara karena kelompok-kelompok yang tidak puas mencoba merebut kekuasaan.
Contoh Kasus: SuriahSuriah mengalami konflik yang berkepanjangan setelah protes pro-demokrasi pada tahun 2011 dihadapi dengan kekerasan oleh pemerintah Bashar al-Assad. Konflik tersebut berkembang menjadi perang saudara yang melibatkan berbagai faksi dan kekuatan internasional.
5. Erosi Kepercayaan Publik
Ketika demokrasi tidak berfungsi, kepercayaan publik terhadap institusi negara menurun. Rakyat mungkin merasa bahwa suara mereka tidak dihargai dan pemerintah tidak mewakili kepentingan mereka, yang dapat memicu apatisme politik atau protes besar-besaran.
Contoh Kasus: MesirSetelah revolusi Mesir pada 2011, demokrasi singkat digantikan oleh pemerintahan militer di bawah Abdel Fattah el-Sisi. Banyak warga Mesir merasa kecewa dan tidak percaya pada pemerintah setelah janji-janji revolusi tidak terpenuhi.
Kesimpulan
Demokrasi yang tidak berjalan dapat membawa berbagai konsekuensi serius bagi negara dan rakyatnya, termasuk pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, krisis ekonomi, kekerasan politik, dan erosi kepercayaan publik. Contoh-contoh seperti Venezuela, Rusia, Zimbabwe, Suriah, dan Mesir menunjukkan bagaimana kerusakan pada sistem demokrasi dapat berdampak luas dan merusak tatanan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H