Mohon tunggu...
diky darmawan
diky darmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang

Kehidupan adalah menyembara sebab kita bukan di tuntut untuk diam dalam satu titik, melainkan kita harus memberanikan diri untuk keluar dari lingkungan itu. (Jejak Langkah Tanpa Batas) #pejalananarki

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Alam

30 November 2021   15:03 Diperbarui: 30 November 2021   16:04 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"SAHABAT ALAM"

Coretan ini hanya sebuah ungkapan yang tak mungkin lagi disampaikan sambil melihat senyuman-Nya, buat seseorang yang jauh dalam pandangan, entah kenapa bayangan itu selalu hadir, dan jikalaupun boleh aku yakini bahwa bayangan itu hadir karena sebuah keagungan cinta, ia mampu membangkitkan sebuah rasa. Ini adalah cara yang mudah yang selalu di jadikan Nomor 2 bila kata tak mampu lagi lewat lisan. semilir kata mengantar pesan Pesan dari kalbu seorang Penjelajah yang haus akan -pencerahan- Penceran dari seorang sahabat sejati.

Tulisan ini kuhantarkan padamu, agar aku dapat berbagi cerita, cerita tentang diriku yang selalu merasakan rasa rindu, (senyum simpul), Tuhan, Apakah Dia memiliki rasa seperti yang aku alami sekarang? berbagi lewat kata. Mungkin, lewat inilah lebih mudah, karena aku dapat mengungkapkan seluruh perasaan ku.

Teruntuk mu, Alam, Manusia, Angin dan Pepohonan yang lagi membaca coretan ini. aku bebas mengungkapkahn, tanpa kekakuan, tanpa ketakuatan, sebab dihadapanku hanyalah ponsel genggam serta bayangan-Nya. 

Sahabat Alam ; aku merangkai sebuah coretan ini bukanlah waktu yang sebentar sebab aku bukan Fiersa Besari yang di akui kecerdasanya dengan memiliki potensi sebagai; Penulis, musik dan menjelajah. Dan bukan pula sastrawan Darwis yang bisa menulis Novel hanya dalam waktu singkat. 

hari ini aku ingin memberanikan diri untuk mempublikasikan sebuah coretan lewat blogger, Facebook, Instagram dan Twitter, Maaf jika tulisan ini membuat kalian risih (emotikon Senyum). Disaat pagi ditemani secangkir kopi yang di suguhkan oleh seorang sahabat dan sebatang rokok, di mana langit yang indah tidak lagi menampakkan senyuman-Nya (he he aku mulai sadar ini adalah kerjaan Kabut), hanya lah rindu yang kurasakan, rintik-rintik hujan pun setia menemaniku untuk menyambut pagi ini, 

Aku mencoba melakukan segala hal untuk membuat diriku bahagia namun rasa bahagia itu tak kunjung datang (Tuhan...Aku sangat merindukan-Nya). Rasa Bahagia ataupun gembira seakan-akan mahal untuk menyapaku, menyapa dalam senyum, menyapa dalam gembira, menyapa dengan penuh kerinduan. Ia hanya menyapa dengan sedih dan sepi, sesedih perasaanku (hm Alay bangat sih).

Satu menuju dua, tiga menuju empat. kota tempat ku mengabdi mulai pudar. Yang aku lihat hanyalah laut, obak dan manusia yang terlihat asing; sedang pesan kopi, pop mie dan makanan di Cafe kapal BUKIT SIGUNTANG, Aku mencoba kuatkan kaki bergegas dan beranjak dari tempat duduk untuk memesan secangkir kopi dan makanan ringan untuk di ngemil, supaya terlihat nikmat disaat menikmati rasa rindu, bung bung mau pesan; kopi satu dan yang itu (sebutan sederhana dari makanan ringan yang aku tidak tau nama-Nya, He he), dengan redaksi kata yang agak berbeda dengan manusia asing tadi, oh iya gulanya sedikit ya bung. Aku kembali bergegas ketempat duduk ku tadi dan kali ini sudah lengkap; kopi, rokok dan makanan ringan. Kopi segera kuaduk, seakan-akan aku mengaduk perasaan rinduku. Perasaan itu mulai menghangat, namun perasaan dinginku belum juga hilang (He He, Sejahat inikah angin malam?).

Cafe kapal tak membuatku tenang, malah semakin membuat kepalaku risih, Perasaanku semakin tidak karuan, dengan perasaan seperti itu aku mencoba mengambil pensel genggam dan membuka catatan keep, itu adalah salah satu aplikasi bawaan-Nya untuk menulis, mulutku terkunci, pikiranku entah ke mana, aku tidak mengetahuinya, aku hanya tahu bahwa rindu sedang mengotak Atik perasaanku (He He jangan senyum, rindu bukan bahan canda'an), 

Sahabat Alam ; apakah haram jika hati selalu berbicara tentang Edelweis, sering orang bilang bahwa dia adalah bunga keabadian, dan apakah salah jika aku selalu merindukan Edelweis itu? Aku tidak pernah merasakan aroma khas-Nya tapi ia selalu menebarkan keindahan, membuat setiap orang ingin memetiknya, konon kata-Nya, ia dilindungi oleh Undang-undang. demikian juga aku. Mencoba mengambil gambarnya agar ku lukiskan di setiap dinding-dinding kehidupan ku, tapi tidak dapat ku gambarkan seperti aslinya. karena gambar apapun tidak akan mampu menyaingi keindahan ciptaan Tuhan, Ia sungguh suci. tinta-tinta di atas kanvas pun tidak akan mampu mengukir sosoknya yang selalu memancarkan aura keindahan. Sebab dia sungguh suci dan sempurna karna tak pernah di sentuh dan di jinahi oleh bunga bunga lain.

Sahabat Alam ; aku ingin mengungkapkan kembali, haramkah jika ponsel ku hari ini dan seterunya selalu menulis nama dan menyimpan gambar mu, namanya indah dan penuh makna. Entah referensi dari mana orang tua-Nya mendapatkan. Dan Nama-Nya adalah nama buah buahan (He he, seriusan kok, buka aja google kalau Ndak percaya). selanjutnya, haramkah aku menyentuhnya dengan perasaan ku, hanya dengan perasaan, tidak dengan tatapan mata apalagi dengan fisikku. Biarlah perasaan ku yang membaginya.

Sahabat Alam ; Aku bukanlah pemuja cinta, karena cinta tidak perlu dipuja, cinta ada pada setiap manusia, seperti aku, dia dan juga kamu. meskipun tidak dipuja dia tetap akan datang, datang dengan kerinduan, datang dengan senyum, datang dengan membawa kabar gembira, cinta selalu hadir lewat hati dan perasaan mendalam, ia datang kemudian pergi, kadang datang kemudian menetap sampai kita meninggal dunia, malah dia selalu ada dan tidak pernah hilang, dan sangat kuat mencengkram di hati setiap orang. Ingat... Senyum, ceria, gembira, sedih dan marah. itu adalah gambaran cinta dari hubungan manusia dengan manusia. ( #NikmatiAjaDulu )

Sahabat Alam ; sekali lagi maaf, jika coretan ini membuatmu risih, Dan mungkin tulisan ini tidak lah berharga bagi kehidupan mu. Tapi bagi ku coretan ini adalah ekspresi untuk bagaimana menyampaikan seluruh keluh kesan ini, aku hanya ingin berbagi cerita tentang ku untukmu, biarlah yang mengatasi semuanya adalah perasaanku, jangan lagi kamu sebab masih banyak tanggung jawab mu untuk di selesaikan, antara lain; Akademik, Organisasi dan lebih lebih tanggung jawab untuk keluarga mu. Lagi dan lagi cukuplah perasaanku yang paling dalam yang mengatasi hal ini, yang suatu saat akan menembus kegelapan dan akan merubahnya menjadi terang, seterang pagi yang disinari mentari tanpa awan seperti yang kita nikmati bersama pada akhir November kemarin (Ingat. Cukuplah Alam, Aku, Kamu dan Tuhan yang tau perasaan waktu itu). 

Sahabat Alam ; Biarlah perasaanku menjelajah keseluruh pelosok diri, diri yang hari ini belum mengetahui sepenuhnya makna dari sebuah rasa rindu. Dan dengan cara apa rasa ini ku pudarkan? Waktuuu, kali ini aku akan memberimu kesempatan untuk menjawabnya. (Siap Atau tidak, aku Tidak perduli)

Wahai pemilik segala bentuk rasa; sesekali aku ingin bertanya, apa kah hanya aku yang memiliki perasaan seperti yang aku alami sekarang? Tidak ada kah Manusia lain? Jikalau pun ada maka perlihatkan agar aku bisa mengenalinya. Mungkinkah dia? Jikalaupun tidak maka karuniakan rasa itu, agar dia paham bagaimana rasanya menjadi manusia semacam itu. 

Angin, hari ini aku ingin menyapanya dengan senyum, ceria, gembira dan bahagia. Bersediakah engkau untuk menyampaikan-Nya, entah dengan cara kabut, hujan, bulan, matahari ataukah cara mu sendiri. aku tidak mempersoalkan hal itu. Yang aku ingin tau bahwa Sapa itu telah tersampaikan. (Aku Akan menunggu jawaban darimu; semoga senyum simpul mu tidak bosan kau perlihatkan pada ku)

Terimakasih Tuhan engkau telah anuggrahkan rasa cinta dalam diriku terimakasih pula atas palajaran mu, Kau hadirkan dia pada setiap anganku membuatku bahagia meski hari ini harus menghayal terlebih dahulu.

Penjelajah'96

Kamis, 16 Januari 2020

Pukul : 02:56 AM Wita

Spinggan Kalimantan Timur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun