Harimau Sumatera adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, dan merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Hewan ini termasuk dalam klarifikasi satwa kritis yang terancam punah dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis lembaga koservasi dunia IUCN.
Harimau Sumatera juga merupakan harimau terakhir Indonesia setelah harimau Bali pada dekade 40-an dan Harimau Jawa pada dekade 80-an dinyatakan punah.Â
Kepedulian terhadap masa depan si raja hutan ini di habitat aslinya mendorong salah satu organisasi non-pemerintah internasional yaitu WWF (World Wide Fund for Nature) terus melakukan upaya terpadu untuk melindungi harimau Sumatra ini.
Harimau Sumatera sebagai rantai teratas dari piramida makanan memiliki peranan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Untuk itu hewan ini membutuhkan tempat yang khas untuk hidup. Seperti adanya tutupan hutan yang luas untuk berteduh, beristirahat, berlindung dari terik matahari dan hujan seperti daerah Sumatera.
Sebagai penjaga keseimbangan hutan, ia berperan melindungi kelestarian dan menyelamatkan hidup liar lainnya yang pada akhirnya kesejahteraan manusia pun ikut terjaga.
Baru-baru ini publik digegerkan dengan berita bahwa ada serangan Harimau Sumatera yang terjadi berulang kali di Pagaralam hingga Lahat, Sumatra Selatan. Bahkan cukup banyak memakan korban jiwa, baik dari petani maupun para pendatang yang sekadar ingin berkunjung.
Banyak di antaranya korban tersebut ditemukan dalam keadaan yang sudah tidak lagi utuh, atau bahkan tidak bisa dikenali karena hanya tersisa tulang.
Mendengar hal itu aparat kepolisian dan keamanan langsung menanggapi serius dengan memberikan imbauan dan peringatan kepada masyarakat. Baik berupa lisan ataupun tertulis dan disebarkan melalui media sosial maupun kertas edaran.
Bahkan beberapa daerah yang rawan diberi garis polisi agar tidak dilewati oleh masyarakat. Tetapi tidakkah kita berfikir secara lebih logis mengapa hal ini dapat terjadi?
Setiap harinya kita menebang berjuta juta pohon untuk kebutuhan kita, mengeruk tanah untuk dijadikan perumahan, memproduksi banyak barang dari alam, dan lain sebagainya. Yang paling mengkhawatirkan dari kegiatan tersebut adalah tidak adanya kesadaran untuk memperbaiki kembali alam yang telah kita rusak.
Kita terus saja mengambil, menebang, memburu, mengeruk apapun yang kita perlukan dari alam ini. Tanpa memikirkan apa yang akan kita terima jika terus menerus berbuat demikian.
Hutan menjadi gundul karena pohon yang terus ditebang tanpa ditanam kembali. Dan ketika hujan turun, tanah yang tidak ada penyangganya akan menyebabkan longsor.
Hewan yang kehilangan tempat tinggal dan kekurangan sumber makanan karena luas hutan yang semakin berkurang. Jadi tak heran apabila mereka menganggap rumah-rumah penduduk yang dekat dengan kawasan hutan adalah ladang makanan untuk mereka. Bahkan menjadikan manusia sebagai target makanannya.
Baiknya sekarang kita memperbaiki apa yang sudah kita rusak mulai dari sekarang, agar tidak menimbulkan lebih banyak korban ataupun menimbulkan bencana yang lebih besar lagi.
Kita sebagai insan yang baik dan berbudi pekerti luhur juga dianugerahi akal yang membedakan manusia dan hewan seharusnya mempunyai keinginan untuk saling berdampingan dalam menjalani hidup agar tidak menimbulkan perpecahan nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H