Putri Raina Nisa, seorang gadis kecil berusia 3 tahun lebih menderita penyakit gangguan pernapasan yang serius. Ia menderita pneumonia berat, asma, laryngomalacia, stenosis subglotik in trakeostomi, dan bronchiectasis, sehingga ia harus bernapas menggunakan trakeostomi.
Kasus penyakit yang diderita oleh Putri ini bermula pada saat ia berusia 8 bulan. Pada waktu itu Putri tiba-tiba saja badannya panas dan kedua orang tuanya langsung membawanya ke klinik dekat rumah untuk diperiksakan oleh dokter. Dokter hanya memberikan obat puyer dan ternyata tidak mempan. Demam Putri tidak juga turun dan mereka membawanya lagi ke klinik yang sama. Dokter lalu menyarankan mereka untuk membawa Putri ke rumah sakit yang lebih besar.
Kedua orang tua Putri kemudian membawanya ke salah satu rumah sakit yang berada di bilangan Jakarta Selatan. Setibanya di sana pun Putri hanya diberikan obat puyer dan disarankan untuk dibawa pulang ke rumah. Tidak ada juga perubahan yang dialami oleh Putri, bahkan batuknya semakin keras hingga wajahnya memerah dan kebiruan. Tidak lama mereka langsung membawa Putri ke rumah sakit yang dekat dari rumah mereka. Napas Putri juga semakin berat dan dokter pun memeriksanya dengan segera. Di sinilah Putri dinyatakan terkena pneumonia (infeksi radang paru-paru) dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Putri bahkan diberikan dosis untuk mengonsumsi obat penurun panas hingga 8 kali sehari karena panasnya tidak kunjung mereda. Di waktu yang sama, ibunya memberikan obat penurun panas kepadanya, tanpa sengaja Putri tersedak saat meminum obat ini. Obatnya malah masuk ke paru-parunya, sesaat itu juga saturasinya menurun. Dokter dan perawat lalu mengambil tindakan dengan melakukan intubasi manual. Melihat kondisi seperti ini, orang tua Putri, khususnya sang ibunda merasa sangat sedih dan terpukul.
Kondisi Putri semakin melemah dan peralatan di rumah sakit ini tidak begitu memadai. Dokter lalu merujuk Putri ke rumah sakit yang memiliki ruang PICU. Mereka mecari rumah sakit yang memiliki PICU, tetapi ternyata sulit karena kebanyakan ruangan ini juga full. Penuh kesabaran mereka mencarinya dan akhirnya mendapat 1 ruang PICU yang kosong di rumah sakit daerah Tomang, Jakarta Barat. Kemudian mereka membawa Putri ke rumah sakit itu.
Setelah beberapa hari Putri dirawat di ruang PICU, tiba-tiba dokter mengabarkan bahwa ia mengalami gagal pernapasan dan dinyatakan sebagai kondisi koma. Putri juga harus menggunakan alat bantu pernapasan yang disebut ventilator. Cobaan ini sangat berat bagi keluarga Putri, di saat seperti ini mereka hanya bisa banyak berdoa. Ibu Putri amat sangat terpukul dan menangis tersedu-sedu. Mereka serahkan semuanya ke Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada hari yang ke-22, Putri siuman dan diizinkan untuk pindah ke ruang perawatan biasa. Rasanya sangat melegakan, ditambah setelah seminggu dirawat di ruang perawatan biasa, Putri boleh pulang ke rumah. Namun, hal ini tidak serta-merta membuat kedua orang tua Putri 100% bahagia karena ternyata Putri belum sembuh benar. Dokter hanya menyarankan untuk kembali mengontrol kondisi Putri 1 minggu lagi.
Ketika melakukan kontrol ke dokter, kondisi Putri masih lemah dan sang ibu pastinya sangat khawatir. Setibanya di rumah, Ibu Putri melihat wajah, bibir, dan kuku Putri semakin membiru. Kembalilah mereka membawa Putri ke rumah sakit. Di sana Putri kembali mengalami gagal pernapasan dan harus dilakukan intubasi manual. Intubasi manual dilakukan sendiri oleh kedua orang tua Putri.Â
Oleh karena proses intubasi ini sangat melelahkan, dokter pun menyarakan untuk melakukan trakeostomi (membuat jalur pernapasan melalui tenggorokan). Dengat sangat berat hati, trakeostomi ini dilakukan, demi menyelamatkan nyawa Putri. Putri tidak hanya menderita pneumonia, menurut dokternya ia juga mengalami penyakit lain, seperti asma, laryngomalacia, stenosis subglotik in trakeostomi, dan bronchiectasis. Komplikasi penyakit pernapasan ini juga disebabkan karena Putri terlalu lama menggunakan ventilator atau alat bantu pernapasan sehingga terjadi pembengkakan dan infeksi.
Hingga saat ini Putri masih melakukan pengobatan dan perawatan dan kemungkinan sampai 4 tahun lagi, Putri harus rutin control dan semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apa yang dialami oleh Putri dan kedua orang tuanya ini terasa sangat berat. Orang tua Putri hanya berharap agar Putri bisa segera pulih, meskipun sang ayah hanya bekerja sebagai driver taksi dan sang ibu sebagai ibu rumah tangga saja. Penghasil kedua orang tua Putri terbilang pas-pasan saja. Mereka hanya mengandalkan BPJS Kesehatan saja, tetapi beberapa biaya tetap harus dikeluarkan karena tidak ditanggung asuransi ini.
Saat bulan puasa kemarin Putri harus dirawat karena sesak napas, demam, dan lemas, mohon bantuan doa agar Putri cepat pulang dan dirawat di rumah karena kebutuhan mereka akan semakin besar, jika Putri dirawat di rumah sakit dan ditakutkan terkena infeksi lagi karena Putri bernapas melalui trakeostomi ini. Jangan lupa juga untuk membagikan kisah Putri, agar semakin banyak yang mendoakan dan membantu Putri.