Mohon tunggu...
Pecinta Kompas
Pecinta Kompas Mohon Tunggu... -

Suka Baca Kompas Lewat BlackBerry yang saya beli dari teman seharga Rp650.000. Harganya berbanding lurus dengan kualitasnya. Baterainya cepat lowbat, sering frozen, dan yang paling parah adalah menghabiskan uang buat berlangganan BIS.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dia Bahkan Tak Punya Kaki untuk Hidup...

2 April 2011   04:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah divonis lutut kananku mengalami cidera yang begitu hebat, saya mulai memikirkan apa-apa yang tidak dapat kulakukan sebulan kedepan. Bagaimana tidak, tulang rawan di antara tulang paha dan tulang betis SOBEK dan TERLIPAT sehingga membuat 3 malam terakhir setelah kecelakaan itu membuatku tak bisa tidur karena harus menahan rasa sakit yang amat sangat. Untuk itulah kusimpulkan bakalan banyak aktivitas yang terlewatkan karena harus menghabiskn hari-hari di atas "pulau kapuk".

Ketika malam pertama di Rumah Sakit tepatnya di suatu ruangan yang memiliki 6 tempat tidur, cuman saya dan seorang pasien lagi yang konon kabarnya wajah dan sebagian badannya melepuh karena tersiram minyak panas. Sempat berkenalan dengan paman si pasien yang menceritakan panjang lebar kejadian itu. Si pengendara motor menyambar keponakannya sehingga terjatuh dan tersiram minyak panas dari gerobak penjual gorengan, katanya. Saya tak habis pikir, kejadian ini bisa terjadi oleh siapa saja. Termasuk saya dan Anda. Bagaiman jika nasib keponakan kenalan baruku itu berpindah ke saya dan cidera "kecil" yg kurasakan ini berpindah ke dia. Atau Anda yang sehat mengganti posisi lelaki malang itu dan sebaliknya dia yang terbaring lemah melepuh mengganti posisi Anda yang sedang membaca tulisan ini. Jujur, saya tidak sanggup. Kalo seandinya disuruh memilih, lebih baik merasakan Tulang Rawan yang Sobek dan Terlipat daripada harus berbaring menggantikan posisi anak muda itu.

Besok paginya, setelah dokter mengutak-atik lututku selama sejam dengan alat bedah dan lain-lain, saya sudah bisa diizinkan pulang dengan peringatan setelah baikan tidak boleh melakukan aktivitas yang berat-berat seperti, bermain futsal, renang, dll. Saya sempat kecewa ketika mendengar itu, apalagi futsal adalah hobi saya yang paling kutekuni. Namun, kekecewaan itu langsung luntur ketika waktu mengantri membayar biaya administrasi. Dibelakangku duduk seorang paruh baya di kursi roda. Saya gak tahu kejadian apa yang menimpanya, yang jelas  saya tahu alasan kenapa dia memakai kursi roda setelah melihat kedua ujung kakinya sudah terbalut perban tanpa ada tumit di kakinya alias (maaf) kakinya buntung. Miris melihatnya. Tak wajar jika dalam hati saya mengeluh dengan apa yang terjadi denganku ketika orang duduk dibelakangku tertunduk lesu melihat dirinya sudah tak punya telapak kaki lagi untuk berjalan.

Sebenarnya, banyak kejadian yang tak sempat saya ceritakan di sini ketika berada di Rumah Sakit. Ada yang tangannya benar-benar patah dan terjadi pendarahan hebat, ada juga yang badannya sangat kurus sampai-sampai berdiri pun harus dibantu oleh Ayahnya, dan masih banyak lagi. Tapi inti dari itu semua adalah Syukur kita atas kedaan kita sekarang. Dimana kita sebaiknya jangan mengeluh terhadap apa yang terjadi pada diri kita padahal masih banyak orang lain yang nasibnya kurang baik dari kita. Mari kita sama-sama selalu berpandangan positif terhadap diri dan hidup kita sendiri. Siapa lagi yang menghargai diri kita selain kita sendiri. Dimulai dengan berucap syukur kepada Tuhan dan selalu berpikiran positif terhadap masa depan. Salam Cidera dari saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun