Mohon tunggu...
Pecinta Kompas
Pecinta Kompas Mohon Tunggu... -

Suka Baca Kompas Lewat BlackBerry yang saya beli dari teman seharga Rp650.000. Harganya berbanding lurus dengan kualitasnya. Baterainya cepat lowbat, sering frozen, dan yang paling parah adalah menghabiskan uang buat berlangganan BIS.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baca Kilat: 1 Detik 1 Halaman

19 Maret 2011   17:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, tadi siang, saya menghadiri seminar "bacakilat" di Gedung Kompas Gramedia. Seminar ini mahal lho, harus mengocek saku sekitaran Dua ratus Ribu lebih. Tapi, berhubung saya dapat voucher gratis mengikuti seminar tersebut, tak akan kusia-siakan momen ini. He..he...

Intinya sech, kayak gini :

Ketika membaca biasa, maka akan terjadi proses "membaca dengan mata" trus dirasakan oleh "tingkat sadar"  dan akan diteruskan ke "alam bawah sadar" . Nach, ketika sebuah informasi sudah tersimpan dalam "alam bawah sadar", informasi tersebut tidak akan hilang sampai Anda mengakhiri hidup. Misalnya, jika saya menyuruh Anda untuk mengingat wajah Ibu kandung Anda, apakah Anda bisa lupa? Keterlaluan sekali jika Anda lupa. hahaha..

Namun, terkadang informasi itu hanya sampai pada "tingkat sadar" kita. Sehingga tidak sempat tersimpan di "alam bawah sadar". Yup, kalo udah kayak gitu, lupa dech...

Dengan baca kilat, proses membaca itu beda dari membaca biasa. Jadi prosesnya dimulai dari "membaca dengan mata", trus disimpan di "alam bawah sadar" setelah itu baru dirasakan di "tingkat sadar". Gak mungkin lupa lagi khan...

Sempat saya terkesima dengan demo yang diperagakan oleh Pak Agus Setiawan (penemu "bacakilat") ketika Beliau menyuruh peserta membaca selama satu menit dengan gaya biasa. Tiap-tiap orang berbeda gaya bacanya. Saya pun membaca dengan gayaku sendiri. Setelah satu menit, ternyata saya dapat membaca 14 baris dari sebuah halaman buku.

Habis membaca biasa, Pak Agus "menghipnotis" para peserta dengan ucapan-ucapan sugestif  sehingga kita benar-benar rileks. Tapi tetap sadar. Gak seperti di TV-TV.  Katanya sech, keadaan ini dinamakan" kondisi Genius". Kondisi Genius ini diperlukan sebelum melakukan "bacakilat".

Trus, Pak Agus mempersilahkan lagi membaca selama satu menit dengan gaya tetap seperti tadi. Biar bisa membandingkan membaca biasa dengan membaca dgn "kondisi genius". Ketika membaca, saya merasa seperti tidak ada perbedaan dari membaca sebelumnya. Dan hasilnya memang sama. Saya cuman bisa membaca 14 baris seperti tadi ketika membaca biasa. Namun yang luar biasanya, Pak Agus mengaku kalo yang tadi itu bukan satu menit, melainkan hanya 30 detik. itu berarti kecepatan membaca semua peserta menjadi 2 kali lipat lebih cepat setelah melakukan apa yang dinamakan sebagai "kondisi genius".

Amazing...!!!!

Silahkan simpulkan sendiri jika baca kilat sudah merasuki kehidupan kita sehari-hari. 1 Detik 1 halaman bukanlah sebuah yang mustahil....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun