Judul di atas mirip dengan salah satu serial di salah satu stasiun televisi. Tetapi memang benar adanya. Bedanya orang tua kami adalah tukang sate sementara di serial TV tersebut adalah tukang bubur.
Orang tua kami adalah pekerja keras yang merantau dari Jawa Tengah menuju salah satu bagian pulau di Kepulauan Kepri yaitu pulau Bintan sejak tahun 60an. Mengawali hidup di perantauan bukanlah hal yang mudah. apalagi tidak banyak sanak saudara dan bekal yang memadai. Tetapi berkat keuletan dan kegigihannya, beliau bisa brangkat naik haji di tahun 1997. Alhamdulillah.
Beliau adalah penjual sate ayam dan sate kambing yang merangkak dari bawah. Pundi demi pundi dikumpulkan selama puluhan tahun untuk melaksanakan cita-cita belliau menuju ke Baitullah Mekah.
Ada keajaiban Allah yang Beliau terima saat menjalankan ibadah di Mekah Al-Mukaramah. Ayahku dipastikan sakit diabetes, asam urat, maag dan berbagai komplikasi penyakit lainnya. Kalau hitungan kasat mata beliau akan mengalami berbagai gangguan kesehatan saat disana. Apalagi cuaca pasti sangat berbeda. Selain itu beliau juga sudah agak susah jalan karena beberapa gangguan kesehatan yang dialaminya. Tetapi Allah berkehendak lain karena tekat Beliau sangatlah gigih. Menuju ke Baitullah untuk menjalankan kewajiban agamanya.
Alhamdulillah Allah memberi banyak kemudahan. Apa yang kami khawatirkan sama sekali tidak terjadi. Allah Maha Berkehendak. Allah membalas perjuangan beliau yang siang malam membanting tulang demi menghidupi kelima anak-anaknya dan berkeinginan naik haji. Allahu Akbar. Tidak ada yang mustahil kalau niat kita sudah lurus.
Mudah-mudahan seluruh haji yang berasal dari penjuru dunia yang hari ini tengah mengagungkan Allah di tanah suci juga diberi kemudahan semuanya. Amin.
Satu oleh-oleh beliau yang hingga hari ini masih bermanfaat di dapur kami adalah satu set peralatan dapur dari alumunium. Panci, mangkok, sothil (kata orang Jawa), dan piring. Kualitasnya bagus. Saya tidak tahu apa itu produk asli Mekah atau produk Indonesia yang diimpor ke Timur Tengah dan dibeli orang Indonesia (lagi) ... hehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H