Seringkali kita ketika mendengar kisah-kisah horor atau cerita hantu yang seketika membuat bulu kuduk berdiri! Terlepas itu benar atau hanya sebagai bahan untuk menakut-nakuti kita, tapi memang cukup ampuh juga ya buat senjata ibu-bapak kita supaya kita nggak keluyuran.Â
Namun, ada dampak buruk yang dapat menjadikan mental anak mengkerut, bahkan ada juga yang sampai dewasa masih sering takut meski hanya mendengar cerita, belum juga melihat secara langsung.Â
Pada tulisan kali ini, aku mau cerita sedikit mengenai buku yang baru saja kemarin menemani waktu luangku. Buku Anak Penangkap Hantu ini merupakan karya Adam Putra Firdaus yang merupakan anak seorang novelis dan penulis ternama Indonesia. Ya, dia merupakan buah hati dari Mbak Asma Nadia dan Mas Isa Alamsyah.
Bukunya mengingatkan kita (terutama diriku) akan masa-masa kecil lalu hingga usia remaja. Di mana kalau mendengar cerita horor ataupun ketika menonton film hantu, seketika bulu kuduk bergidik, buat merinding tujuh keliling. Tapi, kalau sekarang sudah nggak lagi dong!Â
Cover birunya cakep, menarik calon pembaca untuk berburu dan melahapnya. Ilustrasi di dalamnya juga bagus, sangat pas dengan jalan cerita yang dibahas. Sesuai dengan target pembaca yang ditujukan; anak-anak dan remaja. Kemarin, ketika awal buku ini sampai di rumah dibawa oleh kurir, keponakanku sangat girang dan antusias, langsung disikat sama dia, menjadi pembaca pertama buku itu.Â
Pesan yang hendak penulis sampaikan juga berhasil disampaikan dengan baik kepada pembaca. Mengedukasi agar anak-anak tidak takut dengan hantu, apalagi dengan cerita-cerita horor yang belum jelas kebenarannya, bahwa cerita tentang hantu yang mereka dengar itu hanyalah sebuah cerita yang belum tentu nyata kebenarannya, terlepas mereka memang ada di dunianya.Â
Keberanian tiga tokoh anak-anak di dalam buku ini sangat patut diacungi jempol, mereka dapat membuktikan bahwa apa yang mereka dengar itu hanyalah isu semata, tidak seburuk bahkan jauh dari apa yang mereka lihat. Mereka tidak mau puas dengan hanya sekadar mendengar, melainkan terjun langsung untuk riset lapangan dengan mencari kebenaran akan fakta tersebut.Â
Dari sisi keagamaan juga dapat, di beberapa kisah disinggung, seperti pada cerita yang berjudul; Bayangan Putih di Pohon Bambu. Di sana dijelaskan bahwa orang yang takut hantu berarti mereka jauh dari Allah, jauh dari Al-Qur'an. Dan, obatnya ialah memperdalam Al-Qur'an. Jadi, dari situ pula penulis mengajak para pembaca untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, serta mencintai Al-Qur'an.
Tidak ada kesempurnaan yang akan didapatkan, begitulah pepatah mengatakan. Maka, begitu pula dengan buku ini, masih banyak PR yang harus penulis benahi kembali, dari penggunaan kata dan bahasa. Kendati demikian, untuk anak seusia dirinya, buku ini sudah lebih dari lumayan. Pemilihan topik, hingga alur cerita. Personal rate dari aku pribadi untuk buku ini 3.8/5.0.
Buku ini direkomendasikan buat yang mau kasih hadiah bagi siapa saja, dari anak-anak hingga kalangan remaja. Selamat menyelam.