Makna sebuah perjalanan harus lebih besar dari pada menikmati keindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Bukan sekadar mengagumi dan menemukan tempat-tempat unik di suatu daerah dengan biaya semurah-murahnya. Tapi, perjalanan harus bisa membawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan, sekaligus meneguhkan keimanan.
Kalimat pembuka yang saya kutip dari blurb Novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Angga Almahendra ini mengingatkan saya kembali akan makna sebuah perjalanan. Hal itulah yang terus saya terapkan pada diri, dari sebuah perjalan harus ada sesuatu yang berharga (pengalaman, wawasan, dan lainnya).
Memakai bahasa akrab dari kalangan santri pondok pesantren,  yaitu; rihlah. Rihlah ialah perjalanan ke suatu tempat dalam rangka mencari ilmu dan mengambil hikmah dengan tujuan akhir sebagai upaya meningkatkan level keimanan. Para ulama-ulama juga sejak dahulu melalukan hal demikian. Nah, buku 99 Cahaya di Langit Eropa ini merupakan bagian dari rihlah yang istimewa dari penulis. Karena perjalanan mereka bukan sekadar memanjakan mata (cuci mata), penyegaran otak (refreshing), melainkan bentuk dari rihlah. Sebab ada banyak pengetahuan dan ilmu yang dikupas dari perjalanan tersebut.
Banyak hikmah yang telah mereka petik dari perjalanan semasa tiga tahun berada di bumi Eropa. Membuka pemahaman terhadap perspektif yang baru, mendapatkan pengalaman spiritual yang tidak biasa, dan semakin terdorong untuk menjadi muslim yang kaffah melalui pesan yang terus mereka sampaikan sepanjang tulisan yang mengisahkan perjalanan mereka, yaitu; menjadi agen muslim yang baik.
BACA JUGA :
    • Tiga Puluh Jam Bersama Habibana
    • Mengenal Rasa, Mengenal Diri, Mengenal Sang Cipta Rasa
Kehidupan kedua penulis di Wina, Austria, tidak hanya memberikan pengalaman hidup di tengah masyarakat yang pelan-pelan semakin tidak mempercayai akan adanya Tuhan, melainkan juga kedalaman tentang agama yang dipeluknya.Â
Perjalanan keduanya ke berbagai negara di Eropa bukan saja berkisah tentang indahnya berbagai arsitektur, pesatnya kemajuan negeri Barat, namun juga menapak sejarah, sakit hati, kebanggaan, dan harapan akan masa depan Islam dan muslim di seluruh dunia.
Bagiku, buku ini amazing traveler, selain menambah wawasan, melalui buku ini juga kita diajak jalan-jalan menapaki Eropa dengan visualisasi dari imajinasi yang dihidupkan melalui rangkaian kata demi kata.
Yang paling menarik ialah nilai sejarahnya, novel ini bisa menjadi salah satu solusi bagi yang tidak begitu senang membaca sejarah. Dengan hadirnya novel ini, secara tidak langsung juga mengajak kita untuk menapaki sejarah masa lalu. Ternyata Islam pernah bersinar seterang itu di Bumi Eropa . Semoga pada masa yang akan datang, cahaya tersebut bisa kembali bersinar terang, seterang cahaya mentari maupun rembulan purnama. Aamiin.
Mungkin kamu juga menyukai :
    • Memaknai Jatuh Cinta Dari Ulama
    • Sangkakala di Langit Andalusia: Fiksi Sejarah yang Menyayat Hati
    • Mengenal Kitab Adab Bagi Para Penuntut Ilmu Karya Imam Zarnuji
Selain dari pada itu pula, di dalam buku ini juga terdapat beragam potret yang menarik dan istimewa, tentunya juga sangat berharga. Sebab, bernilai sejarah. Potret tersebut diambil langsung oleh penulis dalam perjalanannya. Hal ini semakin mempertajam imajinasi pembaca. Rating 5.0/50 untuk novel keren ini. Semoga semakin banyak novel-novel yang mengangkat sejarah keislaman, sehingga para generasi muda tidak luput dari sejarah.Â
Identitas Buku:
Judul    : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis  : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit : Republika
Tahun Terbit: 2023
Jumlah Halaman : 374 halaman
ISBN Â Â Â : 978-623-279-182-4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H