Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis dan Penulis

.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tanah Para Bandit; Gambaran Lemahnya Hukum Negeri Kita

30 April 2023   12:59 Diperbarui: 30 April 2023   16:58 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Review Novel Aksi Tere Liye


Oleh: Pecandu Sastra

"Setiap pertempuran selalu ada risiko. Dan, saat kau terluka, atau kehilangan bagian tubuhmu, tidak ada yang akan mengajarimu cara mengatasinya. Tapi, sepanjang kau tidak panik, berpikir jernih, kau akan tahu solusinya." _____ Abu Syik, Hal 323.

Tanah Para Bandit, merupakan buku novel ketujuh dari serial aksi Tere Liye, setelah; Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi, Pulang-Pergi, dan Bedebah di Ujung Tanduk.

Adalah Padma, gadis yang sedari kecil menjadi yatim-piatu, ia dibesarkan oleh kakek sekaligus gurunya; Abu Syik di Talang. Kesehariannya latihan, latihan, dan latihan. Ia dibekali pelbagai kecakapan, dari bela diri hingga ilmu pengetahuan.

Kamu tahu arti nama tersebut? Padma adalah ratu dari segala bunga, yang rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan hutan, menyerap semua bau busuk, agar jutaan bunga lain mewangi.

BACA JUGA:   Belajar Ikhlas dan Tawadhu dalam Menjalani Hidup dari Novel "Kembara Rindu"

Hari-hari Padma di Talang penuh dengan latihan, latihan, dan latihan. Lari, melompat, membidik dan menangkis dengan senjata, juga latihan bermacam jurus; dari menyerang hingga pertahanan. Latihan lari dengan membawa dua ember guna mengisi gentong hingga penuh dengan tenggat waktu tertentu. Melompat dari tanah ke pijakan papan dengan beban batu puluhan kilo yang diikat pada kaki, melewati padang rumput puluhan kilo meter menuju rumah dengan mata tertutup, hingga merobek pohon dengan jari. Kakeknya berkata dengan lahitan 'ganjil' ini menjadikan Padma tangguh dalam menyelesaikan misi-misi besar nantinya. 

Padma kecil memiliki tempat rahasia di tengah hutan, yang menjadi wisata sekaligus pelipur lara ketika ia dimarahi Abu Syik, jika tidak mencapai target dari latihan yang dibuat. Di tempat itulah ia bertemu dengan Bujang kecil. Sayangnya, pertemuan ini berlangsung singkat, Bujang tiba-tiba pergi entah ke mana.

Beranjak dewasa, Abu Syik yang semakin tua-ia pun meninggal dunia. Ia memberi wasiat kepada Padma untuk pergi ke kota dan bergabung pada organisasi rahasia (vigilante) yang telah dipersiapkan sejak ia belia. Namun sayang, tiba di kota, Padma memutuskan untuk hidup bebas dan mandiri, ia tidak bergabung dengan organisasi tersebut. Ia memutuskan menjadi mahasiswa di kampus ternama di ibu kota dengan 12 fakultas sekaligus.

BACA JUGA :  Dalam Diam Ada Cinta | Selamat Hari Puisi

Kendati demikian, Padma masih terus berlatih dan meningkatkan latihannya sebagaimana yang telah diajarkan oleh kakeknya. Meski ia larut dalam kesibukan belajar, ia masih menyeimbangi latihannya. 

Suatu ketika, bapak kost Padma menghilang secara misterius saat bekerja. Ia pun berinisiatif mencari tahu dan memecahkan kasus tersebut. Dari kejadian inilah Padma berjumpa dengan kelompok 'hitam' yang beranggotakan Polisi, Jaksa, Hakim, dan para petinggi negara yang 'bermain' dan merugikan negara. Dalam menjalankan misi ini, Padma ditemani dua temannya; Nina-seorang hackers juga Sapti yang pintar memodifikasi apa saja-keduanya bekerja di balik layar.

Buku-buku Bang Tere Liye selalu berhasil. Tidak hanya menyuguhkan hiburan, juga membuka cakrawala pikiran. Dari kisah Tanah Para Bandit ini banyak kasus ditemukan hampir sama dengan yang tengah terjadi di negeri "wakanda". Dari Polisi, Jaksa, Hakim, hingga para petinggi negara lainnya saling suap-menyuap, bermain cantik dalam memperkaya diri dan keluarga. 

Ditulis dengan apik, setiap adegan mendebarkan hati para pembaca, seakan-akan sedang menyaksikan serial drama visual aksi seutuhnya. 

BACA JUGA:   Sangkakala di Langit Andalusia: Fiksi Sejarah yang Menyayat Hati

Bang Tere Liye memang pandai dalam mengambil sudut pandang, kisah-kisah dalam novelnya berjalan dengan fakta. Tidak mudah melawan kejahatan yang terorganisir. Selama ada uang, urusan lancar. Polisi, jaksa, hakim, pejabat, tentara, bisa diatur.

Wakil rakyat, partai politik, media, semua bisa dibeli. Presiden? Dia hanyalah orang yang ditunjuk saja. Tidak lebih, tidak kurang. Mengorbankan rakyat kecil mudah dilakukan. Dijadikan tersangka, dijebloskan ke penjara. Mereka tidak akan melawan, hanya bisa pasrah. Hidup rakyat sebagian besar susah payah, gaji UMR-tapi elit pemerintahan; pejabat, aparat, politikus, mereka menikmati hidup mewah setiap detiknya. Bisnis berjalan lancar, perusahaan berkembang pesat.

 Ya begitulah. Jangan tersinggung, ini hanyalah novel, kisah fantasi-tapi sesuai dengan keadaan (fakta) negeri kita bukan!

Dari Tanah Para Bandit ini jelas, bahwa melemahnya hukum pada negeri tersebut. Selama ada uang siapa saja bisa dibeli, bisa dibungkam, dan diatur. Para penguasa leluasa bertahta, membangun negara dalam negara. Membentuk jaringan-jaringan besar, di mana ketika satu ditemukan, maka ia akan langsung memutus jaringan itu agar yang lain tidak terkena imbasnya. 

Sekian!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun