"Kita seperti orang bepergian di dunia, orang yang mengembara. Dunia ini bukan tujuan kita. Tujuan kita adalah Allah. Kita harus memiliki rasa rindu yang mendalam kepada Allah. Dan, Allah akan membalas dengan kehangatan rindu dan ridha-Nya yang tiada bandingnya." ___Kembara Rindu - Habiburrahman El Shirazy.
Sejenak, tak terasa tetes air mata membahasi kedua pipi, meleleh begitu saja-ikhlas meresapi kata demi kata yang dirangkai indah oleh Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) dalam buah karya dan pemikirannya; Kembara Rindu.Â
Kali kedua membaca novel Islami penggugah jiwa ini, baru benar-benar merasakan euforia dan larut dalam kisah Ridho dan Syifa sebagai tokoh utama. Nuansa hijau sampul buku, ditambah pemandangan desa yang membawa diri bernostalgia pada masa lalu, cukup menyita rasa. Namun, bukan itu yang mencuri perhatian hati.
Kisah Ridho dan Syifa yang ditakdirkan sebagai yatim-piatu sedari kecil, menjadi pelajaran dan cerminan pembaca. Perjuangan, pengorbanan, dan perjalanan yang begitu mengesankan dan penuh inspirasi. Bagaimana ridha orang tua dan guru dalam menjalankan perannya, serta berpengaruh besar terhadap diri kita.Â
Ada banyak pelajaran yang sekaligus menjadi pengingat bagi diri yang penulis sampaikan melalui buku ini. Terkait ketawadhuan, tadzimnya anak kepada orang tua-murid kepada guru. Selain itu juga, penulis mengajak pembaca melalui aksara-aksaranya untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Murabbi (Allah swt).
Ada beberapa kalimat yang menggetarkan hati, salah satunya ialah ketika Ridho mati-matian dalam mengejar dunia, namun ia tak pernah berhasil meraihnya. Justru, ia semakin menderita. Namun, ketika ia menyadari hal itu dan ia pasrah kepada Allah; zat yang Maha Mengatur segalanya, memperbaiki ibadahnya, serta menaati dawuh (perintah) gurunya untuk menghidupkan masjid di kampung (di dekat rumahnya), saat itulah Allah membukakan jalan dan pintu-pintu baginya dan keluarga. Segala kegundahan, kesulitan, dan konflik kini mampu terurai-terselesaikan secara perlahan-lahan, satu-persatu.
Membaca Kembara Rindu merupakan suatu nikmat dan tidak akan begitu terlupakan begitu saja bagiku. Banyak pelajaran dan pengetahuan yang dapat dipetik hikmahnya. Kedua sosok yang menjadi tokoh utama dalam novel ini; Ridho dan Syifa, keduanya berhasil meluluhkan benteng pertahan bagi qalbu yang keras, kokoh berdiri. Selain perjalanan hidup yang penuh warna, sebagaimana banyak orang mengatakan; umur, rezeki, dan jodoh tak ada yang tahu. Ya, begitulah sekiranya.
Selain itu juga, ketulusan dan keikhlasan Ridho sebagai seorang santri dalam pengabdiannya di pesantren serta mengawal Sang Kiai (gurunya), begitu beradab dan beretika, hingga barokah dan keberkahan ia dapatkan.Â
Semoga kita dapat meneladani hikmah baik dan positif dan Ridho dan juga Syifa dalam pengabdian di kehidupan. Menghidupkan sikap tawadhu, ikhlas, gigih, dan birrul walidain. Â Aamiin.
"Makmurkan Masjid di depan rumahmu itu! Kau makmurkan rumah Allah, maka Allah akan memakmurkan hidupmu! Jangan khawatir tentang rezeki Allah. Ingat, lebah di dalam hutan, bahkan di lereng tebing gunung saja, diberi rezeki oleh Allah." ___Habiburrahman El Shirazy - Kembara Rindu halaman 214-215.