Review Novel Selamat Tinggal karya Tere Liye
Selamat Tinggal, merupakan salah satu debut dari sekian karya, pemikiran, imajinasi, dan unek-unek dari salah satu penulis favorit dan langganan best seller di Indonesia.Â
Siapa yang tidak kenal Tere Liye, penulis yang sudah melahirkan banyak karya dengan berbagai jenis genre novel yang berhasil menempati hati para pembaca. Bahkan, setiap karya-karya terbarunya selalu dinantikan.
Novel ini salah satunya, sudah lama sekali aku nantikan untuk dapat membacanya secara langsung dalam bentuk fisik, serta dalam balutan buku original.
Bagi para pembaca setia Tere Liye yang sudah membaca karyanya paling sedikit empat sampai lima buku, pasti sudah paham suatu ciri khas dari buku Tere Liye. Dari tampilan cover atau sampulnya seakan sudah bisa ditebak akan membahas apa dan bagaimana ceritanya. Namun, tidak banyak dari kita yang paham akan hal ini. Butuh waktu serta kejelian yang tinggi untuk mengetahuinya.
Sejak awal, aku mengira jika buku ini akan membahas persoalan kenangan asmara, hubungan antara kedua manusia yang memadu cinta. Sebab, dari judul dan covernya yang di dominasi dengan ikon surat-menyurat, menjadikan prasangka ku jatuh pada nostalgia kisah cinta yang lama. Rupanya salah, sedikit. Ya, memang si pembahasannya ada yang mengenai kisah cinta lama, tapi tujuan utamanya bukan fokus ke situ.Â
Ini bukan perihal kenangan kisah cinta anak remaja atau yang baru puber, penuh dengan drama dan gombalan anak-anak bucin. Melainkan lebih kepada hijrah. Mengapa hijrah? Karena sejatinya memang pembahasannya mengarah ke sana. Kalian pasti penasaran kan?
Jujur, buku ini super-duper menarik untuk ditelaah, dikaji, dan direnungkan bagi kita semua. Terutama yang ngakunya pegiat literasi, pecinta ilmu, dan orang terdidik. Kalian tahu, buku ini istimewa, unik, pembahasan sangat jarang dibahas oleh buku-buku lain. PEMBAJAKAN. Ya, pembajakan. Buku ini membahas tentangnya.Â
Pernah nggak, kalian melihat, menjumpai, atau mungkin pernah menjadi konsumen dari suatu produk yang bajakan? Jujur. Pernah kan!
Aku pun sama, pernah. Terlebih, di mana saat itu aku lagi senang-senangnya membaca. Jadi, ceritanya aku lagi jatuh cinta sama guruku, beliau ini gemar membaca. Karena saking cintanya, aku pun ikut suka dengan aktivitas baca. Memang ajaib ya cinta itu. Hmm. Oke, kembali ke topik utama. Perihal pembajakan itu, aku sama sekali nggak sengaja, karena memang aku yang tidak sebegitu memahami tentang produk asli atau original dan bajakan. Dari sebab dan akibatnya, keuntungan serta kerugian.Â