Mohon tunggu...
Pebriyanti Napitu
Pebriyanti Napitu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Universitas Negeri Medan

seorang mahasiswa di Universitas Negeri Medan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjangkau Pendidikan di Daerah 3T (Terdepan, Terluar, Dan Tertinggal)

1 Desember 2022   10:12 Diperbarui: 1 Desember 2022   10:28 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

- Pebriyanti Napitu

Dr. Edy Surya, M.Si

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan wilayah yang luas dan heterogen, secara geografis maupun sosiokultural, memerlukan upaya yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan, di antaranya permasalahan pendidikan di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Daerah tertinggal umumnya ditandai dengan : 1) adanya kesenjangan pada sektor kehidupan 2) tingginya agka kemiskinan 3) tinginya angka penduduk dan pengangguran 4) tingkat pendidikan yang rendah

Permasalahan didunia pendidikan didaerah terpencil maupun daerah tertinggal, dan perbatasan telah lama kita sadari. Namun dengan keeterbatasan pembiayaan dan berbagai peraturan yang ada selalu dijadikan alasan untuk menunda pemecahan masalah krusial tersebut. Beberapa persoalaan kongkrit dalam hal ini adalah betapa sulitnya menempatkan tenaga guru didaerah 3T dan perbatasan, sulitnya membangun sarana pendidikan standar karena kesulitan komunikasi aatau langkanya alat-alat bantu proses belajar mengajar. Begitu pula tuntutan sistem pendidikan yang standar mengenai jenjang pendidikan serta kurikulum naional menghambat daerah 3T dan perbatasan untuk mengejar ketertinggalan.

(Alba, 2011) menjelaskan Pendidikan juga merupakan penentu arah ke mana bangsa ini akan dibawa. Jika arah pendidikannya benar dan prosesnya lurus dan ilmiah maka bangsa itu pun dapat dipastikan akan maju, arif, adil, sejahtera dan beradab.Selain itu (Usman , 2014) Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).

Berdasarkan artikel (Novianta Yonantias) berikut beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah 3T

  • Memberikan bantuan operasional sekolah (BOS). Tentu program bantuan ini sangat membantu masyarakat ekonomi bawah. Jaman Orde Baru yang bisa bersekolah hanya masyarakat yang mampu. Sekolahpun harus membayar tiap bulan, oleh karena itu adanya program bantuan operasional sekolah (BOS) siapa saja bisa bersekolah apakah dari golongan masyarakat bawah, menengah, maupun atas memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan yang sama. Masyarakat tidak perlu pusing-pusing memikirkan biaya pendidikan anaknya karena semua keperluan pendidikan sudah dianggarkan dalam BOS. Tujuan pemerintah jelas ingin memberikan akses pendidikan yang sama dan berkeadilan dan melindungi masa depan anak-anak yang cerdas tetapi terkendala persoalan biaya
  • Membangun sekolah-sekolah baru di daerah pedalaman atau terpencil. Pemerintah mencoba meniadakan batas pendidikan di daerah maju dengan daerah tertinggal. Jika kita lihat sekolah-sekolah sekarang ini telah banyak kita jumpai, sekalipun di daerah pedalaman atau terpencil mulai dari tingkat sekolah dasar SD, SMP, hingga SMA/SMK.
  • Mengangkat guru untuk di tempatkan di daerah garis depan atau pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan, guru banyak menumpuk di daerah-daerah perkotaan sedangkan daerah perbatasan dan pedalaman masih kekurangan guru. Pendidikan masyarakat di daerah perbatasan perlu diperhatikan karena selama ini pendidikan masyarakat daerah perbatasan atau daerah tertinggal kurang mendapat prioritas. Keengganan para pejabat pemerintah dan sulitnya akses menuju lokasi daerah perbatasan menjadi alasan utama masyarakat perbatasan kurang mendapat perhatian pendidikan. Ditambah lagi kecenderungan guru yang tidak tahan melaksanakan tugas di daerah pedalaman sehingga banyak sekolah yang kosong akibat kekurangan guru. Untuk mengatasi tidak meratanya persebaran guru, maka pemerintah sekarang ini lebih memfokuskan pada pengangkatan guru untuk ditempatkan di daerah perbatasan atau daerah tertinggal.
  • Membangun jaringan listrik di daerah-daerah tertinggal. Listrik merupakan sarana vital yang tidak dapat kita lepaskan dari kebutuhan sehari-hari. Untuk penerangan, menonton TV, menghidupkan komputer/printer dan peralatan elektronik lainnya. Tanpa jaringan listrik maka daerah akan semakin terisolir dan terbelakang. Sumber energi listrik bisa diperoleh dari air, diesel, panas bumi, mapun tenaga surya. Tentu saja harus mempertimbangkan kondisi daerahnya masing-masing.
  • Membangun dan menyediakan akses internet untuk daerah tertinggal. Internet di jaman sekarang ini merupakan sebuah kebutuhan penting untuk : mencari informasi, media sosial, berbisnis, pendidikan, dan lain sebagainya. Jaringan internet belum tersedia secara merata di Indonesia terutama belum menjangkau wilayah-wilayah pedalaman atau terpencil. Jaringan internet baru sebatas di kota-kota besar. Padahal arus informasi global sekarang ini yang paling gencar dan cepat lewat internet, bisa dibayangkan jika sekolah belum memiliki akses internet maka akan tertinggal dengan sekolah-sekolah unggulan yang kesemuanya menggunakan basis digital dan elektronik. Tak bisa dipungkiri bahwa masuknya jaringan internet memegang peranan penting dalam mengubah dunia pendidikan. Di era digital sekarang ini, dunia pendidikan kita maju harus beralih dari era pendidikan konvensional menjadi era pendidikan digital. Sebuah harga yang tidak murah karena alat digital seperti komputer, printer, infokus, modem, dan peralatan elektronik lainnya harganya lumayan mahal sehingga hanya sekolah-sekolah tertentu yang mampu mengadakannya. Oleh karena itu supaya akses pendidikan dapat dirasakan secara merata dan berkeadilan ke depan pemerintah harus memikirkan ini sehingga tidak ada lagi muncul istilah sekolah maju dan sekolah tertinggal.
  • Membentuk relawan atau tenaga pendamping pendidikan untuk daerah tertinggal.Melalui program kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghimpun sarjana-sarjana pendidikan yang siap mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa dan negara. Mereka bisa diberdayakan sebagai ujung tombak untuk membuka daerah-daerah terisolir di Indonesia sehingga pada akhirnya daerah-daerah yang tadinya tertutup dan tertinggal secara perlahan dapat berhubungan dengan dunia luar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun