Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Putri Digunduli Australia Murni Kesalahan Pelatih

22 Januari 2022   03:03 Diperbarui: 22 Januari 2022   06:30 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar akun resmi twitter@PSSI

Minimnya infrastruktur dan suprastruktur sistem sepakbola perempuan bukan jadi alasan terjadinya penghinaan marwah sepakbola dan dunia perempuan (peb)

Timnas Putri Indonesia atau Garuda Pertiwi membuat rekor yang fantastis. Lubang gawang mereka dibobol 18 gol kali tanpa balas saat melawan Timnas Australia pada Piala Asia 2022.

Publik pecinta timnas kontan bagai kebakaran rumah.  Media sosial dipenuhi makian para netizen. Mereka beramai-ramai menyalahkan PSSI.

Kalah dalam pertandingan itu hal biasa. Apalagi sejak dulu secara umum Timnas Indonesia sudah terlatih menjalani kekalahan. 

Mereka sudah kenyang dengan kekalahan, namun tak pernah menolak asupan kekalahan yang terus datang. Kurang baik dan permisif apa PSSI dan Timnas Indonesia? Heu heu heu...

BACA ; Timnas Putri Tidak Bisa Berprestasi, Bukti Pernyataan Haruna Soemitro Benar

sumber gambar akun resmi twitter@PSSI
sumber gambar akun resmi twitter@PSSI

Kembali ke laptop. Garuda Pertiwi bisa lolos Piala Asia di India lewat "keberuntungan" dari situasi pandemi Covid 19. Pada tahapan seleksi, dua negara dalam grup mengundurkan diri. Hal ini jadi peluang Garuda Pertiwi meraih tikel ke tahapan Piala Asia tersebut.

Selanjutnya lawan tanggguh dan real lolos tanpa keberuntungan sudah menunggu, yakni Autralia, Thailand dan Filipina yang secara peringkat FIFA berada di atas Timnas Indonesia Garuda Pertiwi.    

Sementara di sisi lain, Garuda Pertiwi secara real dan sadar tidak dilahirkan dari infrastruktur dan suprastruktur dunia sepakbola modern perempuan  berupa sistem kompetisi, regulasi, stake holder, dukungan, spirit-antusiasme dunia keperempuanan Indonesia dalam bersepakbola. Padahal inilah dasar dan bekal pembentukan tim sepakbola yang tangguh.

sumber gambar akun resmi twitter @PSSI
sumber gambar akun resmi twitter @PSSI

Dalam hal kepengelolaan infrastruktur itu urusan PSSI. Namun untuk sampai ke arah itu, PSSI harus punya dukungan dasar operasional yang datang dari masyarakat, khususnya dunia ke-perempuan-an Indonesia.

Masyarakat punya peran besar dan turut betanggungjawab membangun iklim sepakbola perempuan. Percuma PSSI berteriak dan bekerja bila masyarakat keperempuanan Indonesia  tak memiliki "will" bersepak bola.

Lalu, siapa yang salah ketika gawang Timnas Putri Indonesia Garuda Pertiwi kalah 18 gol tanpa balas?

Aktor utamanya adalah pelatih beserta tim kepelatihanny. Pelatih memiliki tanggungjawab dan diberi "target / capaian prestasi" ketika ditunjuk lembaga dan menerima menjadi pelatih.

Realitas yang dihadapi si Pelatih adalah tidak adanya sistem infrastruktur sepakbola perempuan Indonesia yang mumpuni. Turunannya adalah minimnya pilihan alternatif pemain perempuan yang berkualitas dan siap pakai.

Dari realitas serba ke-minim-an tersebut maka si Pelatih harus punya strategi dan gambaran utuh menghadapi sejumlah pertempuran di Piala Asia. Bisa saja sudah diperkirakan Garuda Pertiwi bakal kalah dari Autralia. Tapi kekalahan harusnya-- misalnya--dibawah 5 gol. Caranya bagaimana?

Disinilah tanggungjawab dan kepiawaian pelatih dituntut, baik itu dalam mengasuh para pemain, maupun memetakan kekuatan dan kelemahan lawan agar kalau kalah tidak sampai belasan gol.

Kalau Garuda Pertiwi kalah 5 gol, syukur-syukur bisa balas satu atau dua gol, itu sebuah target dan prestasi.Toh kekalahan 5 gol merupakan hal biasa dalam dunia sepakbola.

sumber gambar akun resmi twitter @PSSI
sumber gambar akun resmi twitter @PSSI

Kekalahan 18 gol merupakan hal yang sangat tidak biasa. Fantastis! Dalam bahasa gaulnya ; "Kalah sih kalah, tapi nggak gitu-gitu amat kalee!"

Hal tersebut bukan saja mempermalukan Timnas Putri, bangsa Indonesia, kehormatan Piala Asia, dan AFC namun juga sangat merendahkan marwah sepakbola Internasional itu sendiri. Ini merupakan hal mendasar dunia kepelatihan.

PSSI sebagai sebuah lembaga tentu saja tak bisa lepas tangan. Namun penanggungjawab di lapangan pertempuran  (pertadingan) adalah pelatih. Karena dia lah pengambil keputusan semua hal di lapangan, baik itu strategi permainan, pemilihan pemain, dan hal teknis lainnya.

sumber gambar antaranews.com
sumber gambar antaranews.com

Kalah telak 18 gol melebihi jumlah pemain (11 orang) satu tim sepakbola bukan cuma sebuah kekalahan dalam pertandingan, tapi merupakan penghinaan atau merendahkan dunia sepakbola yang serius. Lebih jauh, pada tataran jender ; merendahkan dunia perempuan!

Pelatih  yang merendahkan marwah sepakbola harus dihukum. Bisa berupa skorsing dalam waktu tertentu, atau lisensi dicabut sementara.

Aaaw....ngeri kalipun!

---

Peb22012022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun