Artikel " humor" itu ditulis secara spontan, tidak saya baca ulang sebelum diposting. Sehingga saya tidak tahu kalau ada bagian atau kata-kata yang sensitif. Bisa jadi juga karena faktor lain--bukan kata yang sensitif, tapi konten atau judul artikel itu bikin tak nyaman admin.
Belakangan ini saya memang malas membuat draft artikel di tempat lain, untuk kemudian dipindahkan (copy paste) ke fitur "Nulis" ketika sudah siap saji. Resikonya saya tahu.Â
Artikel ini juga saya tulis spontan di fitur "Nulis". Namun sebelum diposting, saya baca ulang. Saya atur lagi tata kata dan kalimatnya. Semoga tidak ada kata yang sensitif. Kalau pun ada, apa boleh buat.
Saya merupakan penulis muda, penuh vitalitas, punya semangat menulis tinggi dan sedang lucu-lucunya. Saya berharap bisa meraih K.Rewards secara rutin dalam jumlah besar, dan bercita-cita kelak bisa menjadi admin.
Tapi kini saya malu besar, cita-cita saya hancur karena artikel milik bakal calon admin dicekal, Â gagal tayang, atau dikarantina. Ini pukulan berat bagi saya, yang mungkin justru disukai pesaing politik saya dalam meraih kursi admin.Â
Tapi hal itu tidak akan membuat saya meninggalkan Kompasiana. Kalau pun tidak bisa jadi admin, saya bisa bercita cita jadi COO Kompasiana, bukan?
Namun begitu kini saya hanya berharap, artikel yang tadi sore dikarantina, atau tidak lolos pit en proper tes admin bisa dikembalikan dengan memberikan catatan. Â
Kalaupun harapan itu tidak terwujud, aku rapopo. Hidup memang harus berjalan, bukan?
----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H