Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Surat Terbuka untuk Prof. Felix Tani tentang Voice dan Noise

24 Oktober 2021   00:08 Diperbarui: 24 Oktober 2021   01:05 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yth. Kompasianer Prof Felix Tani
di Gang Kandang Sapi

Dengan hormat,
Salam sejahtera untuk saya semua.

Saya sudah membaca humor kritik anda soal jargon 13 tahun Kompasiana yang sudah disosialisasikan.

Saya berpikiran telah terjadi kesalahpahaman dari pandangan ke pemahaman saudara pada jargon tersebut. Namun saya tetap menghargai sudut pandang tersebut sebagai sebuah dinamika wacana bercelana.


Perlu saya jelaskan bahwa 'Noise' dan 'Voice' sebenarnya saudara dalam satu per-susu-an walau beda orang tua. Sampai kini mereka tetap  saling memahami, walau seringkali berbeda dalam banyak hal.

Saat keduanya masih bayi dan dalam masa menyusui, 'Noise' menyusu di puting sebelah kiri, sedang 'Voice' di puting sebelah kanan.

Saat menyusu itu Noise selalu resek. Bergumam tidak jelas. Mulut-lidah-bibirnya berdecak-decak seperti becek. Ketika ditanya apa maunya, Noise tidak pernah jelas mengutarakannya. Selain itu tangannya tidak bisa diam. Selalu gratil. Sehingga situasi persusuan menjadi riuh. Jauh dari suasana khusyuk.

Sementara di sebelahnya ada 'Voice' saudaranya- yang selalu bersikap tenang, tanpa bunyi saat beraksi. Voice selalu jelas mengutarakan kemauannya, misalnya ; "Uuh, nikmat bangeet!" ; "Mantap!" ; "Aku nambah ya!" ; Lanjuut nih !" , dan seterusnya.

Hukum semesta memberikan energi yang sama pada Noise dan Voice dari persusuan tersebut. Di sisi lain ada satu hukum persusuan yang kontoversial, namun banyak benarnya, yakni ; "Persaudaraan dari satu persusuan yang berbeda orang tua cenderung menjadi laksana dua kutub saling berseberangan, tetapi dekat dalam dimensi jarak."

sumber gambar ; kompasiana.com
sumber gambar ; kompasiana.com

Dari sejarah itu maka diangkatlah tema Noise dan Voice ke dalam satu bingkai "sustainable saudara persusuan masa kini". Pada 13 tahun Kompasiana inilah jadi momen yang tepat.

Kalau bukan Kompasiana, kapan lagi? Kalau bukan sekarang, siapa lagi? Aku sih rapopo...

Perlu tidak diingat bahwa ada pepatah bijak tertulis ; "Di balik kesuksesan Voice, selalu ada Noice di belakangnya".  Maka itu "Tuntutlah Voice sampai ke negeri China", walaupun jaksa penuntut umum berhalangan tetap.

Sepandai-pandainya Voice melompat, akhirnya Noise juga. Demikian juga sebaliknya ; Sejelek-jeleknya Noise, akhirnya Voice juga. 

Dengan demikian, sebagai Kompasianer Noise, siapa pun orangnya, dan  seberapapun dia kuat dan tahan lama akhirnya K-Rewards juga.

Demikian penjelasan saya sebagai bakal calon admin. Saya yakin Prof. Felix Tani tidak berkekuatan tetap dalam Noise. Sesuai hukum Relativitas "Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang"

Harapan saya, dukunglah Timnas U23 Indonesia saat laga melawan Timnas U23 Australia, agar meraih tiket Piala Asia 2022.

Kalau Timnas U23 Indonesia menang, aku sih rapopo...

---

Peb, Bacalad bersertifikat ISO 2222

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun