Jangan malu menulis 'manga'. Ingat pepatah bijak "Tuntutlah manga sampai ke negeri China".
Beberapa hari lalu seorang Kompasianer lawas mengirimkan dua link tulisan via WA. Isinya tentang fenomena artikel 'Manga' di Kompasiana. Lalu saya juga membaca tulisan lain yang isinya tentang hal yang relatif sama.
Secara bercanda, Kompasianer pemberi link tadi menyarankan agar saya turut bikin tulisan "manga" yang sedang trend di Kompasiana dan mampu maraup banyak pembaca sehingga berpeluang mendapatkan uang    K.Rewards yang banyak.
Sebagai lelaki pemalu sekaligus cowok matre yang kaffah, tentu saja saya selalu tergiur pada uang. Sejak mengenal uang, saya jadi suka uang.
Saya orang yang sangat santuy pada uang sehingga sulit menolak bila uang datang untuk menjadi milik saya.Â
Saya bucin pada uang biarpun (mungkin) pada moment tertentu sikap uang seolah "tidak suka saya". Saya tetap menyukai uang, apapun sikap uang terhadap saya. Itulah bukti pertama dan utama cinta saya pada uang.Â
Kalau dihadapkan pada pilihan; "dapat uang  K.Rewards dalam jumlah besar tanpa banyak menulis " atau "bikin banyak tulisan di Kompasiana tapi tidak dapat uang K.Rewards", tentu saya akan pilih yang pertama. Itu salah satu bukti kedua cinta saya pada uang.
Namun demikian saya sadar tidak bisa mendapatkan banyak uang lewat tulisan 'Manga' karena saya kurang paham 'Manga'.Â
Saya lebih familiar dengan 'Mangga' daripada 'Manga'. Antara tulisan 'Manga' dan 'Mangga' sebenarnya beta tipis. Cuma ada huruf 'g' di tengah mangga, tapi bikin nasib  K.Rewards nya  berbeda jauh dengan 'manga' laksana anu dan nganu.
Sebenarnya ini tidak adil sekaligus mengherankan "kok bisa ya kurang satu huruf tapi justru bisa mendapatkan duit banyak?"Â
Secara teoritis, seharusnya paralel "makin banyak huruf yang tertulis, uang K.Rewards makin banyak."