Beberapa tulisan Felix Tani jadi meratap-ratap laksana pendekar tua yang kesepian dan menagis sedih. Bahkan, ratapannya itu sampai dimuat di akun you tube-nya sehingga viral dan mengundang simpati dunia Internasional. Hal tersebut mengundang perhatian dari Badan Ratapan Dunia, Dewan keamanan PBB, Komnas HAM, Komunitas Penulis Gaek Internasional, dan lain-lain.
Beruntunglah admin kemudian sigap dengan memberikan K.Rewards yang lebih besar sehingga mata Felix Tai kembali hijau.
Sebenarnya, saya tidak ingin memasukkan Felix Tani kedalam kategori Kompasianer Sejati. Tapi saya takut kualat dan demi keselamatan diri dari kritik dan demo berjilit-jilit.
Keempat, Kompasianer sekaligus admin Kompasiana yakni Kevin Anandhika Legionardo--- yang biasa dipanggin om/mas Kepin. Artikelnya paling sering berupa kalimat 'test konten' yang ditulis berulang dari awal sampai akhir sehingga terbentuk semacam super repetitif yang membosankan. Artikel tersebut ditulis bila sedang ada gangguan atau ujicoba fitur baru atau adanya perbaikan "mesin/server" Kompasiana.
Kompasianer / admin Kevin sebenarnya tidak layak masuk kategori Kompasianer Sejati, namun dengan pertimbangan politis dan demi keamanan artikel ini agar tidak dihapus, maka namanya dimasukkan. Semoga pembaca maklum.
Kelima, Kompasianer Pebrianov. Kompasianer ini mengaku lelaki pemalu tapi sebenarnya tak tahu malu. Dia salah satu penulis penjilat di Kompasiana yang suka mengaku bakal calon admin, serta narcis dan sombong.Â
Pebrianov dimasukkan  kategori Kompasianer Sejati karena merupakan penulis artikel ini. Jadi, suka-suka dia memasukkan dirinya sebagai Kompasianer Sejati.Â
Kalau para Kompasiner ingin jadi Kompasianer Sejati, tulislah artikel seperti ini, dan jangan ragu atau malu memasukkan nama sendiri. Intinya bahwa "Kalau bukan oleh diri sendiri, kapan lagi? Kalau bukan sekarang, siapa lagi?"
Pebrianov berprinsip sesuai pesan ' Safety Demonstration' para pramugari cantik dalam pesawat terbang sebelum take off, yakni ;Â
"Bagi penumpang yang membawa anak-anak, dianjurkan untuk mengenakan masker terlebih dahulu, setelah itu barulah kenakan masker pada anak Anda".
Demikianlah artikel ini dibuat dengan penuh ketidakmaluan, tanpa tekanan atau gesekan dari pihak manapun. Setelah membaca artikel ini semoga para pembaca Kompasiana bisa sabar tawakal serta standar ideal imun yang terjaga.
Ingatlah selalu pakai masker, cuci tangan, sebisanya jauhi kerumunan, dan jaga jarak.
Salam sehat selalu