Kedua, Kompasianer Mbah Mupeang. Kompasianer ini paling sering dihajar admin Kompasiana. Artikelnya dihapus, mendapat peringatan dari admin, atau tayangannya di tunda atau malahan tidak tidak dimunculkan admin.
Namun begitu, Mbah Mupeang terus saja menulis, dengan menggunakan beberapa akun cadangan atau akun baru yang memiliki nama unik serta sering dibekukan admin. Sejumlah nama akunnya seperti ; Tante Virus, Tante Corona, Tante Euro, dan lain sebagainya.Â
Penggunaan nama 'Tante' pada berbagai akunnya itu diduga untuk mengenang masa lalunya sebagai Tante yang pemalu--sebelum ganti kelamin menjadi lelaki. Kini Mbah Mupeang telah jadi Lelaki tak tahu malu, sekaligus Kompasianer Sejati yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi buruk para admin Kompasiana.Â
Mbah Mupeang paling keras memprotes adanya kasta Kompasianer (label) Centang Biru, Centang Hijau, dan tanpa centang. Selain itu protes adanya K.Rewards. Semua itu dianggapnya kebijakan yang tidak adil karena semua Kompasianer memiliki kontribusi yang relatif sama bagi tingkat keterbacaan atau jumlah view bagi Kompasiana, sehingga Kompasiana panen Iklan.
Walau berkali-kali akunnya dibekukan, artikelnya dihapus dan diberi peringatan admin, namun Mbah Mupeang tetap setia menulis di Kompasiana. Kecintaannya pada Kompasiana tak dirahukan lagi. Â Saking cintanya pada Kompasiana, Mbah Mupeang rela meninggalkan Bang Rhoma--pujaan hatinya.
Ketiga, Kompasianer Felix Tani. Sosok ini sangat dikenal di jagat Kompasiana. Kompasianer ini suka mengkritik dan protes terhadap sejumlah kebijakan admin. Caranya, dia menulis artikel kritik dengan disclaimer  bahwa tulisannya itu bukan kritik. Cara ini sesuai pepatah bijak "nganu dengan cara sembunyikan anunya"
Namun begitu, prestasi Felix Tani sangat  banyak dan jadi panutan para Kompasianer generasi baru. Salah satu prestasi fenomenalnya dua kali berturut-turut masuk nominee ajang Kompasiana Award pada pesta Kompasianival, namun dua kali gagal menang.Â
Prestasi lainnya  : sebagai Kompasianer lawas, kondang dan rajin menulis, beliau sangat lama tidak mendapatkan K.Rewards, yakni sejak K.Rewards pertama ada, yang membuat hutangnya bertumpuk di warung soto Mas Karso. Hutang itu muncul akibat sering kepedean dan menyombongkan diri pada orang kampung bahwa dia akan dapat K.Rewards bulan depan, lalu berani mentraktir banyak orang dengan cara ngutang di warung soto Mas Karso.Â
Kegagalan mendapatkan Kompasiana Awards dan K.Rewards bulanan pernah membuatnya kecewa, sehingga ingin gantung akun di tiang 'orang-orangan sawah' petani binaannya. Untunglah sahabatnya yakni si Poltak menyelamatkan dengan cara menjentik anunya. Selain itu, demi kemanusiaan dan takut kualat maka  para admin Kompasian kemudian memberikan K.Rewards secara cuma-cuma. Kebijakan admin itu sampai sekarang tidak pernah diketahui Felix Tani.
Kompasianer Felix Tani pernah putus tali kolor sehingga hampir gantung akun kedua kali karena kesepian di Kompasiana setelah ditinggal para Kompasianer generasi lawas dan imut  angkatannya, seperti Mike Reyssent, Ifani-Ifani, Tante Paku, Pakde Kartono, Ellen Maringka sang pujaan hatinya--serta sejumlah Kompasianer lainnya yang sudah tak pernah lagi menulis di Kompasiana.Â