Setiap partai puncak sepakbola terjadi, dunia bagai dibelah dua. Setiap bagian belahan memuat keberpihakan berdasarkan argumentasi yang dibangun dari berbagai aspek pengetahuan atau wawasan.Â
Mereka punya banyak argumentasi. Sebagian dijadikan benteng, sebagian senjata, dan sebagian lagi jadi bekal mengarungi masa pengobatan kekalahan, atau merayakan kemenangan tim sepakbola-nya.
Lalu, apakah permainan sepakbola memang diciptakan untuk jadi pembelah manusia-manusia sepakbola?
Ada banyak kelompok manusia yang berada dalam masing-masing belahan. Jangan tanya berapa jumlahnya, dan apa saja argumentasi yang dimiliki para pendukungnya. Mereka bisa menjabarkannya dalam suatu rangkaian yang kompleks dan lengkap.
Kemenangan Italia atau kekalahan Inggris di partai puncak tak menyurutkan bobot peran pembelah itu. Luka hati pendukung Inggris akibat kekalahan berjalan sebanding mekarnya hati yang bersuka cita para pendukung Italia.Â
Italia jawara Euro 2020, Â bukan berarti Inggris tidak 'jawara'. Jutaan mata telah menjadi saksi dua jawara bertarung, setiap detik pergerakan mereka menunjukkan ke-jawara-annya.Â
Persamaan dalam ke-jawara-an Italia Gli Azzurri dan Inggris 'Three Lions' itulah yang jadi pembelah sangat serius.Â
Peristiwa adu pinalti beserta turunan angka atau  skor 3 :2 milik Italia ; Inggris pada partai final puncak hanyalah sebuah syarat untuk Italia mengambil dan menyimpan piala Euro 2020, sekaligus syarat Inggris untuk mempersilahkan hal itu terjadi, tanpa mengurangi levelitas kejawaraan salah satu dari keduanya dalam dimensi waktu sepakbola dunia.
Forza Gli Azzurri Italia, dan Forza 'Football Coming Home ' Three Lions Inggris. Yakinlah, ternyata even akbar Euro 2020 menjadikan Italia dan Inggris sama saja!Â
---
Peb12072021
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H