Sepak bola Italia pernah mengalami kegagalan masuk putaran final piala dunia tahun 2018. Ini sangat memalukan, namun kemudian mereka bangkit menjadi juara Euro 2020 yang baru kemarin berakhir. Dari 'zero' menjadi 'hero'. Bukan tidak mungkin tim pemenang Euro 2020 ini nanti jadi menjuarai Piala Dunia tahun 2022 !
Daya 'reseliensi' mereka sangat kuat dengan dukungan faktor keyakinan serta pengetahuan yang terus berkembang di internal masyarakatnya.
Sebelum transformasi dramatis ala Roberto Mancini, Italia menganggap sepak bola mereka sudah baik dengan pertahanan kuat sistem grendel "catenaccio" yang mengandalkan para pemain-pemain senior, matang pengalaman, dan berlabel bintang di kawasan Eropa.
Namun kemudian muncul pemikiran perubahan dramatis dengan lebih gaya permainan ofensif yang mengandalkan para pemain muda penuh tenaga, relatif belum banyak pengalaman namun penuh dedikasi sehingga Italia memasuki suatu era sepak bola yang berbeda secara kualitatif.
Sepak bola Italia kini bukan lagi sepak bola yang sama dibanding masa lalu. Gaya sepak bola modern masa lalu Italia yang klasik adalah pada "penyaluran" taktik 'catenaccio' sepenuhnya di dalam setiap permainan. Namun kemudian berubah yakni meminimalisir resiko kebobolan dengan cara lebih banyak melakukan  possesion football sebagi teror spartan di zona lawan dan  sekaligus dasar penyerangan yang beruntun.Â
Hal ini dianggap lebih rasional terhadap kekinian dunia sepak bola. Gaya ofensif ini bagian dari keberlanjutan marwah kehebatan catenaccio Italia yang prestise dan sudah terbentuk lama. Kekuatan menyerang sama kuatnya dengan cara mereka bertahan ketika mendapatkan serangan.Â
Pada tataran inilah Italia dianggap memasuki era postmodernisme sepak bola. Sebuah era baru, yang masih membawa nilai lama sebagai bekal. Nilai lama dalam komodifikasi kekinian. Mereka sama sekali tak menghilangkan catenatccio ! Jadi Posmodernisme taktik sepak bola Italia adalah ofensif dan catenaccio!
Seperti halnya konsepsi Posmodernisme yang dipenuhi perdebatan, koreksi, dan kritik terhadap Modernisme, nyatanya Postmodernisme tidak sepenuhnya meninggalkan Modernisme itu sendiri. Banyak hal dari Modernisme masih dijadikan bekal utama membangun eksistensi Posmodernisme.
Sentuhan tangan dingin Roberto Mancini membawa Italia ke dalam era Posmodernisme sepak bola---dengan segala kompleksitasnya yang ambigu. Ditangan Roberto Mancini, sepakbola Italia menjadi (post) modernisme yang sudah sadar diri dan lebih bijak terhadap dinamika, tuntutan dan kebutuhan zaman.
Kehadiran Roberto Mancini dengan skuat muda-nya merupakan koreksi dan kritik terhadap modernisme sepak bola bergaya catenaccio yang lebih mengandalkan para pemain tua sebagai salah satu ciri khasnya.Â