Gareth Southgate paham cara kerja Der Panzer. Dan tahu betul "Kick and Rush" akan jadi obyek empuk yang mudah dilindas Panzer. Sekuat dan secepat apapun pemain Inggris dalam pakem ritual aslinya, pakem sepakbola Inggris.
Gareth Southgate paham satu kelemahan Panzer, yakni sulit bermanuver cepat bila didekati lawan, dan bingung bila lawan bolak-balik menari di sekelilingnya. Dari sinilah Gareth Southgate mulai menyusun taktik. Sebuah cara lain diluar pakem Inggris.Â
Perubahan taktik ini sama sekali tak diketahui Joachim Löw dan para pemain Jerman. Mereka sudah terlanjur nyaman berada didalam program "maju melindas" ala Panzer yang sangat detail dan terukur. Inilah awal malapetaka Jerman.Â
Inggris bermain pendek. Jarak pemain saling dekat. Tak ada penyusuran garis putih sepanjang tepi lapanga. Bola digiring langsung mendekat gari 16 menuju 12. Disana pemain-pemain Inggris berkumpul, berdekatan saling berkirim dan menerima umpan. Seperti menari di sekitar badan besar Panzer.
Lihat saja jarak tiga pemain belakang, Kyle Walker, Harry Maguire, dan John Stone tak pernah saling berjauhan. Mereka terkoneksi dekat dengan dua gelandang Kalvin Phillips dan Declan Rice yang siap mengalirkan bola kepada tiga pemain depan  yakni Bukayako Saka, Raheem Sterling, dan Harry Kane. Semua lini terkoneksi jarak dekat, dengan cara yang cepat.Â
Alhasil, permainan Inggris seperti mengadopsi gaya Tiki-Taka ala Spanyol masa lalu. Gaya itu pernah berjaya mengantarkan Spanyol juara Eropa tahun 2008, dan 2012, serta jadi juara Dunia tahun 2010. Ini masa keemasan Tiki-Taka.Â
Dua gol kemenanganan Inggris atas Jerman terbukti dari olah taktik Tiki-Taka. Bukan dari Kick and Rush!Â
Sementara para pemain Jerman sejak awal bermain sudah sangat siap menang walau dibuat lelah diajak Inggris adu lari cepat. Â Namun sampai pluit akhir ditiup wasit, Â para pemain Jerman tak merasa lelah. Mereka masih segar. Tak ada adu lari yang spartan sesuai kode-kode program.Â
Tak merasa lelah membuat para pemain Jerman merasa pertandingan masih lama selesai. Mereka baru sadar ketika wasit meniup peluit panjang, dan menyaksikan angka di papan skore dan para pemain Inggris yang berpelukan.
Peristiwa kekalahan saat badan masih segar sangat menyakitkan karena serasa belum berjuang sampai titik peluh penghabisan.Â