Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Admin Kompasiana "Lari Ketakutan" Terhadap Protes Felix Tani?

29 Juni 2021   12:26 Diperbarui: 29 Juni 2021   13:27 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer Wuri Handoko dan Felix Tani sudah melaporkan kasus plagiat ini kepada Admin Kompasiana. Tapi sampai saat artikel ini disusun, belum ada tanggapan dari Admin K. (sumber artikel Felix Tani)

Ini adalah artikel tanggapan atas artikel Felix Tani yang memuat protes tentang adanya Plagiat karya fiksi puisi yang ditayangkan di Kompasiana, (baca link di sini). Namun sampai tulisan ini dibuat belum ada jawaban dari pihak Kompasiana.

Pelaku plagiat adalah seorang Kompasianer dengan nama akun HS. Puisinya yang ditayangkan di Kompasiana diduga kuat hasil plagiat karya penulis puisi (satrawan) yang sudah terkenal di negeri ini.  Puisi plagiat itu hanya sedikit diubah pelaku, dan kandungannya 99 persen masih mirip dengan aslinya.

Felix Tani protes pada admin tentang puisi hasil plagiat itu bisa tertayang lama di Kompasiana, bahkan mendapat label "Pilihan" dari admin.

Anehnya, selain tidak ada jawaban atau tanggapan langsung dari admin, label artikel Felix Tani yang tadinya atau seharusnya "ex-officio" standby dengan "Pilihan" justru dicopot admin. 

Admin juga manusia, bisa khilaf atau teledor atau tidak jeli saat dalam tugasnya memoderasi karya yang masuk,  sehingga puisi plagiat oleh akun HS bisa tertayang di Kompasiana. Tapi selanjutnya kenapa admin bikin blunder yang lebih parah?

Tidak menanggapi protes itu secara langsung merupakan sebuah blunder awal. Cilakanya, label tulisan protes Felix Tani justru dicopot admin. Ini blunder kedua.

Sementara itu,  diam-diam admin menghapus puisi Plagiat milik akun HS, padahal itu alat bukti laporan Felix Tani yang harus diketahui oleh publik Kompasianer. Hal yang dilakukan admin ini merupakan tindakan sangat tidak etis, yang bisa bikin keruh persoalan. Ini blunder ketiga pihak admin. Blunder ini sangat parah.  

Puisi Plagiat itu tak perlu dihapus, cukup "dimatikan" dan distempel "Plagiat" dengan tulisan besar dan berwarna merah, sehingga bisa jadi pembelajaran para Kompasianer lain.

Melakukan penghapusan alat bukti dan mencopot label "Pilihan" yang ex-officio Falix Tani menandakan bahwa admin mengikuti atau membaca atau tahu adanya protes tertulis Felix Tani, tapi admin tidak melakukan klarifikasi tertulis, namun justru menghukum Felix Tani! Ini makin aneh, bukan?

Seorang Felix Tani sebenarnya ingin membantu kerja admin. Tapi kenapa seolah jadi terhukum?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun