Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Personal Branding Kompasianer Susy Haryawan, Dari "Bu" sampai "Mas"

15 Juni 2021   21:20 Diperbarui: 15 Juni 2021   21:53 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; akun twitter @SusyHaryawan

Tak selamanya suatu nama menandakan jenis kelamin. Benar kata pepatah "Jangan menilai jenis kelamin dari baju terpasang". Atau ; " Jangan menilai baju terpasang dari jenis kelamin". Ingat manekin yang mejeng di gerai pakaian superstore Mall jenis kelaminnya ora jelas blas.

Seterusnya, interaksi saya dan Mas Susy sering terjadi dalam artikel kami dengan saling berkunjung lapak. Pada masa itu "Sharing and Connecting" jadi landasan ideologi di Republik  Kompasiana. Bagi para Kompasianer yang tidak menerapkan "Sharing and Connecting" maka dianggap tidak lulus jadi Kompasianer sejati. Jangan harap akan cepat diangkat jadi Kompasianer ber-Centang Hijau, heu heu heu.

Seingat saya tahun 2014 itu  saya masih lugu. Saya membuat tulisan aneka rupa, lintas kanal, lintas logika. Apapun yang sudah beres saya tulis menjadi tidak beres, dan yang tidak beres menjadi makin tidak beres. Semuanya ditulis secara suka-suka, dengan motto "yang penting hepi!"

Sementara Mas Susy sangat getol menulis soal sosial politik negeri ini dari awal menulis sampai sekarang, apalagi masa awal itu, sepanjang tahun 2014 menjelang Pilpres, isu politik sangat digemari dan ramai pembacanya. Saya sering berkunjung ke lapak Mas Susy Haryawan, membaca tulisan-tulisan politik dengan gaya emak-emak ngomel, walau saat itu jenis kelaminnya sudah bukan lagi perempuan. Sudah sangat jelas berdasarkan undang-undang. Heu heu heu...

Tadinya sempat saya terpikir bahwa Mas Susy ini seorang aktivis feminisme. Penjiwaannya pada roh hakiki perempuan diwujudkan dalam bentuk dan gaya penulisan artikel yang khas seorang Susy Haryawan. Artikel Mas Susy Haryawan selalu bermuatan isu aktual tentang politik dan sosial kemasyarakatan. Ini pertanda dia rajin membaca berita dan sangat tabah.

Dengan gaya tulisannya yang khas tersebut maka tak heran, pembaca artikel-artikel Mas Susy Haryawan sangat banyak. Semua itu merupakan sebuah talenta luar biasa dalam mengemas tulisan dan membentuk "Personal Branding" di Kompasiana.

Pada waktu itu, tulisan yang jumlah pembacanya banyak dalam satu waktu akan nangkring di kolom Trending Article (TA) (sekarang "Terpopuler" ), dan "Nilai Tertinggi". Kolom TA memiliki prestise tersendiri yang tak kalah dengan Artikel Utama (Headline), karena bertengger lama di halaman utama Kompasiana.

Saya ingat waktu itu, beberapa penulis yang langganan TA adalah Susy Haryawan, Mike Reyssent, Gatot Swandito, Pakde Kartono, Ifani, Ellen Maringka dan sejumlah nama beken lainnya. Sejumlah penulis beken itu kini sudah tidak aktif lagi. Saya sendiri di Kompasiana timbul tenggelam, dan tidak konsisten menulis artikel yang memuat tema aktual tertentu.

Rangkaian konsistensi, kesabaran dan rasa humor dalam berkompasiana, dengan menulis satu tema khusus merupakan " koentji"  Bu Susy Haryawan sampai jadi Mas Susy Haryawan. Disadari atau tidak, hal tersebut membentuk "Personal Branding" seorang Susy Haryawan di Kompasiana, yakni sebagai penulis politik dengan gaya yang khas.

Dalam menulis suatu tema tertentu, tak lepas dari "passion". Setiap orang memiliki passion yang khas, dan energi yang relatif. Untuk menghidupkannya agar konsisten dalam jangka waktu lama untuk berkarya dibutuhkan berbagai perangkat lainnya--yang bisa dijadikan pilihan--- yakni ; lingkungan pertemanan, hati dan pemikiran yang terbuka, kemauan untuk terus belajar secara otodidak, pengumpulan referensi, kesabaran dan lain sebagainya.

Seorang Susy Haryawan merupakan salah satu contoh Kompasianer yang sudah berhasil membentuk "Personal Branding" di Kompasiana. Berbagai pencapaian dan penghargaan yang telah diraihnya merupakan bukti konsistensi aktifitas menulis, sehingga terbentuklah "Personal Branding" itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun