Narasi persoalan sosial bersifat kompleks. Tak semua persoalan bernuansa positif dijadikan sebagai pembelajaran. Nuansa negatif pun merupakan "ladang pembelajaran paling makyos", terutama di tengah masyarakat yang plural dan demoktratis, dimana posisi masyarakat relatif seimbang dengan pemerintahnya.
Pihak kepolisian awalnya "membiarkan" perempuan itu "mengekspresikan kemarahannya". Direkam pakai video kemudian terjadi Viral, entah disengaja atau "tidak disengaja" di tengah masyarakat luas. Baru setelah viral, polisi melakukan tindakan dengan mendatangi kediaman si Perempuan itu untuk diproses hukum "melawan petugas negara yang sedang bertugas secara resmi" .Â
Kalau pun berakhir tanpa tuntutan pidana, melainkan dengan minta maaf secara resmi dan terbuka di depan kamera video dan foto yang diviralkan, maka semua pesan dan pembelajaran dari kepolisian kepada masyarakat sudah tersampaikan. So sweet, beibs...
Masyarakat luas akan melihat kronologikal semua itu. Diharapkan, mereka menjadi tahu dan mengerti, serta akan berfikir ulang bila melakukan perlawanan langsung kepada petugas yang sedang melakukan tugas resmi. Dalam konteks itu, petugas merupakan representasi negara, dan representasi undang-undang.
Melawan petugas resmi adalah melawan undang-undang.Â
Pada peristiwa pembelajaran itu, perempuan dijadikan "peran utama" Â atau magnet kuat bagi banyak mata, hati (perasaan), dan otak atau pikiran masyarakat luas. Kita jangan malu mengucapkan "Terimakasih" kepada perempuan pemaki polisi.
Aku sih rapopo...
----
peb18052021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H