Bohong besar bila Kompasianer tidak menginginkan artikelnya mendapatkan label Artikel Utama (AU). Label itu sangat terhormat dan merupakan kasta tertinggi dalam hirarki apresiasi mutu dan kelayakan sebuah artikel di Kompasiana. Dengan label itu pula, seorang Kompasianer "diakui sebagai penulis hebat", dan bukan penulis kaleng-kaleng.
Artikel yang ditulis berdarah-darah tentu saja targetnya mendapatkan label Artikel Utama. Kalau tidak, untuk apa mengorbankan waktu, tenaga, serta urat malu--ngutang beli kuota dan camilan ? Belum lagi harus melakukan ritual mitis sebelum memposting artikel, yakni menyediakan daun sirih, paku, jarum, bulu atau rambut, dan telor ayam kampung warna hitam, kemudian membakar kemenyan sambil komat-kamit...Heu heu heu....
Seperti pepatah bijak katakan : "mens ana eh kokgori ne sono", Â yang artinya untuk mendapatkan label Artikel Utama harus jadi penulis keras dengan cara fokus, fokus dan fokus. Â Jangan lengah. Jangan biarkan orang lain bergerak leluasa di zona pertahanan teras belakang.Â
Penulis harus memiliki teknik-teknik umpan segitiga bermuda, umpan membelah lautan, lompatan gravitasi, dribbling paripurna, dan crossing antar benua. Selain itu juga harus punya kemampuan melakukan umpan sedekah, tendangan api kayangan, tendangan 378, tendangan 406, dan tendangan efek jera yang bisa merusak lawan tanpa ampun, tanpa amnesti dan tanpa musyawarah.Â
Dalam proses menulis, kekalutan dan ketakutan terbesar seorang penulis adalah ketika berhadapan dengan pilihan diksi. Sebelum menemukan atau memilih diksi, jangan pernah takut bermimpi. Untuk bermimpi, jangan takut untuk tidur sendiri. Kalau berani jangan takut-takut. Kalau takut jangan pernah berani-berani. Jadi, proses mengenali ketakutan tersebut merupakan bagian inheren dalam setiap menata kalimat atau menentukan diksi, baik di dalam badan paragraf maupun pada judul.Â
Dia  terus fokus melakukan aktivitas menulis, menulis dan menulis. Bila saat tengah malam kelaparan, dia memasak mie instan sendirian. Ketika haus dan ngantuk, dia bikin kopi di dapur sendirian. Dan ketika tengah malam gula habis dia ke warung 24 jam tanpa ditemani orang lain. Semua itu dilakukan tanpa rasa takut. Semua itu tidak sia-sia. Sampailah dia bisa masuk Artikel Utama di Kompasiana ketika beberapa Kompasianer menuliskan artikel tentang dirinya. Seperti kata pepatah bijak zaman pra-Kompasianalitikum ;"hasil tidak pernah membohongi usaha keras. Ketakutan tak pernah berani pada keberanian".
Keberanian dan ketekunan dalam menulis merupakan modal utama untuk mendapatkan label Artikel Utama di Kompasiana. Memiliki kemampuan tendangan sarung memang sangat diperlukan. Namun hal yang tak kalah penting lainnya adalah sikap bijak, yakni jangan membuat artikel seperti yang  anda baca ini. Kenapa?  Karena admin Kompasiana bakal malu besar bila artikel ini dipajang sebagai Artikel Utama. Selain itu, posisi admin jadi rawan dipecat dewan pimpinan Kompasiana. Jadi kesimpulannya ; artikel yang dibuat jangan sampai bikin malu admin Kompasiana.
Kalau aku sih rapopo....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H