Tak ada yang salah dalam melakukan reshuffle kabinet karena hal itu merupakan hak prerogatif presiden yang dilindungi undang-undang, siapa pun presidennya. Sebagai pemimpin yang visioner, Jokowi memiliki kekurangan yakni lemah dalam mengartikulasikan secara jelas kepada publik awam tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dan ingin dicapai dalam keputusan politiknya, termasuk dalam melakukan reshuffle kabinet. Hal ini salah satu yang membuat sebuah reshuffle kabinet bikin sesak nafas banyak pihak.
Para politisi dan pengamat boleh saja sesak nafas karena tendensinya, tapi jangan sampai rakyat yang sesak nafas  dalam waktu lama karena ketidaktahuan mereka atau ketidakjelasan informasi dan komunikasi tentang langkah pemerintah. Hal itu tidak baik bagi kesehatan kepercayaan rakyat pada pemerintahan, dan berpotensi terciptanya wacana-wacana yang kontra produktif pada pembangunan di tingkat akar rumput.
Semoga saja reshuffle kabinet nanti bukan semata pengumuman nama para menteri, namun  lebih dari itu, yakni penjelasan suatu konsep baru menghadapi dinamika cepat dalam pembangunan yang sedang berjalan, dan langkah-langkah serta target yang akan dibebankan kepada para menteri baru. Dengan begitu, rakyat tak lagi merasakan sesak nafas.
Demi negeri ini kalau cuma aku dan kamu yang sesak nafas sih rapopo. Lho, kok ajak-ajak aku sih, beib? Iiiih, sesak nafas sendirian itu nggak asyik, tauu!
----Â
peb21042021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H