Seorang anak usia balita 4 tahun ditemukan tewas tanpa kepala di parit, kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sebelumnya anak tersebut dititipkan di PAUD atau "Day Care" Jannatul Athfaal oleh orang tuanya.
Menurut pihak "Day Care", si anak hilang 5 menit dari PAUD. Kemudian pihak sekolah melakukan pencarian dengan menyisir parit dan got di sekitar sekolah. Akhirnya si anak ditemukan 2 minggu kemudian dalam kondisi tewas tanpa kepala di parit yang jauhnya 4,5 km dari sekolah PAUD tersebut.
Sangat disayangkan PAUD tersebut tidak memiliki CCTV sehingga menyulitkan pihak berwajib, keluarga dan sekolah untuk memastikan awal mula hilangnya si anak, dan kemana arah perginya. Akibatnya terjadi silang pendapat antara pihak orang tua, polisi dan sekolah PAUD tersebut. semua pihak merasa paling benar.
Menurut KPAI, banyak TPA yang tidak memenuhi standardisasi sebuah TPA. Dari riset KPAI bahwa 44 persen TPA tidak berizin. kemudian ada 49,3 persen TPA yang tidak memiliki sistem keamanan.
Belakangan ini banyak TPA atau PAUD atau "day care" yang diselenggarakan di rumah pada suatu komplek perumahan. Bangunan itu layaknya sebuah rumah tangga, hanya kemudian diberi tambahan alat-alat permainan di halaman rumah atau di terasnya. Sementara disain rumah tidak mengalami penyesuaian yang signifikan akan kebutuhan keamanan kegiatan anak-anak.Â
Mungkin dipikir si pengelola, dengan adanya alat-alat permainan seperti luncuran, permainan ayunan, gua dari ban bekas, dan lain-lainnya sudah bisa membuat senang dan betah anak-anak peserta TPA/PAUD atau Day Care tersebut.
Alat bantu artificial, misalnya pagar sekolah yang tinggi namun tetap ramah anak, dan pemasangan kamera CCTV di sudut-sudut strategis.
Untuk kemanan yang bersifat non-artificial yakni setting desain bangunan dan lingkungan dibuat secara detail dan matang sesuai kebutuhan anak-anak, dengan mempertimbangkan kapasitas/jumlah maksimal anak yang bisa berada di lingkungan tersebut.
Salah satu setting umum yang memudahkan aspek kemanan adalah lingkungan bangunan harus luas dan terbuka, artinya kontak visual antar sesama anak dan anak-anak dengan para guru harus dalam jangkauan pandangan.Â
Selama berada di sekolah, Â mereka aktif bergerak kesana-kemari sehingga butuh pengawasan ekstra, dimana setiap guru dan orang tua bisa memantau pergerakan anak-anak kecil yang seringkali tak perduli hal hal yang membahayakan dirinya.