Laos boleh saja kalah secara teknis, tetapi ada satu hal yang bisa bikin ambisi Timnas Indonesia terkubur dalam secara tragis.Â
Timnas U23 Indonesia berhasil pesta 8 gol tanpa balas ke gawang Brunei pada laga keempat babak penyisihan grup sepakbola SEA Games 2019 di Filipina. Untuk sementara, kemenangan tersebut menempatkan posisi Indonesia di peringkat kedua grup B.
Indonesia naik satu peringkat menggantikan Thailand yang sempat bercokol di peringkat kedua.
Pada laga keempat, Thailand juga memenangkan pertandingan melawan Laos dengan skor 2-0. Namun kemenangan besar Timnas U23 Indonesia telah mengalahkan mereka dalam selisih gol yaitu 13:2 (memasukkan 13 gol, kemasukan 2 gol), ditambah unggul head to head (pernah mengalahkan Thailand).
Sedangkan selisih gol Thailand 12 : 2 dan kalah head to head terhadap Indonesia.
Di atas kertas, peluang Timnas Indonesia masuk semifinal sangat besar dibandingkan Thailand karena lawan terakhir Timnas Indonesia adalah Laos yang relatif lebih lemah. Sementara Thailand harus saling bunuh dengan Vietnam, di mana kedua tim sama-sama tangguh.Â
Kalau Thailand kalah atau seri lawan Vietnam, sementara Indonesia cukup menang tipis atas Laos, maka Indonesia menempati posisi kedua dan masuk babak semifinal mendampingi Vietnam yang jadi juara grup B.
Kalau Indonesia kalah lawan Laos, dan Thailand juga kalah lawan Vietnam maka posisi runner up grup B ditentukan berdasarkan selisih gol Indonesia dan Thailand. Jumlah kekalahan kedua tim sangat berpengaruh pada perhitungan selisih gol tersebut.
Namun jangan lupa, petandingan bola seringkali memunculkan kejutan yang bikin jantung copot para pecinta sepak bola. Pelatih, penonton, dan pengamat bola hanya bisa pasrah ketika laga sedang berlangsung. Semua  hasil ditentukan oleh perilaku para pemain di lapangan.
Tim sekuat apapun bisa kalah lawan tim lemah kalau lengah. Kelengahan bisa bermula dari banyak sebab, misalnya tidak fokus selama bermain, kelelahan, menganggap enteng lawan atau terlalu arogan.Â
Musuh terberat Timnas Indonesia bukan pemain Laos, melainkan diri mereka sendiri  saat berlaga. Lawan terberat adalah mentalitas bermain saat itu, misalnya menganggap enteng Laos atau terlalu yakin bakal menang karena mereka sudah tahu Laos tim lemah.Â
Sikap meremehkan lawan di lapangan misalnya ; berlama-lama memainkan bola di zona sendiri atau di zona lawan untuk mengerjai/memperolok tim lawan sekaligus menunjukkan skill individu dan tim, berlama-lama memegang bola secara individu hanya untuk show of force, tidak bernafsu untuk secepatnya  mencetak gol dengan cara memilih atau mencetak gol secara cantik sehingga menghilangkan peluang mencetak gol yang sudah ada di depan mata, bermain kasar, dan lain sebagainya. Sikap ini sangat berbahaya bagi permainan tim!
Coach Indra Sjafri beserta asisten pelatih Noval Ardianto dan Kurniawan Dwi Julianto tak akan bisa berbuat banyak di tepi lapangan bila situasi mentalitas para pemain Timnas menganggap remeh Laos sehingga mereka jadi lengah. Apalagi bila kemudian tidak fokus dan dalam situasi sangat lelah akibat jadwal pertandingan yang padat sehingga waktu untuk recovery tidak cukup.Â
Timnas Laos, walau secara teknis kalah dibandingkan Indonesia, memiliki semangat bermain yang luar biasa. Terbukti mereka tidak bisa dijadikan lumbung gol oleh Timnas Thailand yang sangat berambisi mencetak banyak gol untuk mengamankan posisi runer up demi maju semifinal.
Bagi Thailand, memenangkan laga lawan Laos dengan banyak gol akan menyelamatkan mereka dari persaingan dengan Indonesia.
Jadi, PR bagi semua anggota Timnas Indonesia kali ini---baik itu para pemain, pelatih, asisten pelatih, dan official--adalah mempersiapkan mentalitas bertanding yakni dengan tetap melihat Laos sebagai lawan yang tidak bisa dianggap enteng.Â
Ingat, Laos masih punya spirit luar biasa untuk tidak dibuat malu. Mereka ingin menutup SEA Games dengan kepala tegak. Tentu saja mereka sangat berambisi membuat kejutan dengan mengalahkan Timnas Indonesia.
Di sinilah titik kritis bagi Timnas Indonesia. Ketika mereka lengah, dan Laos on fire dengan semangat pantang menyerah, maka peluang Timnas Indonesia untuk lolos ke semifinal hanya tinggal mimpi.
Indonesia memang punya mimpi besar menjuarai sepakbola SEA Games setelah lama paceklik medali emas sepak bola. Terakhir Timnas Indonesia meraih emas SEA Games tahun 1991 di Filipina.
Kini SEA Games 2019 juga berlangsung di Filipina. Inilah saatnya mewujudkan mimpi tersebut, bukan menyesali mimpi yang tak bisa diraih hanya karena kalah melawan diri sendiri.
Kalau Timnas Indonesia masuk final dan kemudian juara Sea Games 2019, aku sih rapopo....
Benarkah itu, Oma?
Tentu saja. Asalkan jangan lengah, Aniii...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H