Kalau ingin menangis, menangislah. Jangan kau tahan. Lepaskanlah.
Sekalipun kesakitan ingin membeli waktu.
Semesta raya akan menyambut tangismu. Tanpa syarat.
Alam menguraikannya jadi serum penawar racun pikiran. Tiap tetes dijadikannya penyembuh jiwa-jiwa sakit dan liar di hamparan kewarasan.
Menangislah
Agar...
kesedihan dan kemarahan tak lupa ada kebahagiaan.
Agar...
pedih dan perih menguap dari pori-pori masa lalu yang panas penyesalan dan didih kemarahan.
Agar...
kau rengkuh lega tak berjeda bagai lepas dari sekap pengap kegelapan.
Agar...
jejaring karsa tak ditelikung aliran rasa dari provokasi realitas timpang hingga dimensi pembuluh-pembuluhmu berdamai di ruang kesunyian.
Jangan biarkan kepedihan membangun istana dendam melahirkan pecundang kehidupan.
Aku tak ingin matamu redup. Raga tanpa jiwa. Tubuh tanpa roh.
Aku tak ingin melihatmu bagai zombie beribu sequen layar lebar yang pernah kita nikmati.
Kini dan seterusnya, kutemani kau saat menangisi kekalahan dan kebodohan. Akan kualirkan setiap tetes air matamu ke dalam samudera cinta yang diam-diam kusimpan di keabadian.
___
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H